Menyapa Sisa Matahari Terbenam di Pinggiran Pantai Ujung Genteng

Siapa yang tidak suka dengan sunset? Aku yakin hampir tidak ada yang tidak menyukai sunset di dunia ini. Kalaupun ada, ini pasti soal kenangan tentang sunset bersama seseorang yang tidak lagi bisa menemani momen sunset bersama. Ah, basi! Hahahahahaha.

Sunset, jingga dan senja adalah kolaborasi sederhana yang mampu mendistorsi magis warna lalu sampai ke hati para penikmatnya. Aku, adalah salah satu pecinta sunset. Biasanya, aku mencarinya di pinggir pantai, di puncak gunung, di kebun teh. Istimewanya, sunset selalu muncul dimanapun, bahkan ketika diri sedang tak ingin menikmatinya. Tetapi selalu berhasil membawa diri yang terjebak nostalgia untuk terhipnotis sekian detik lalu lupa tentang kenangan yang menyisakan lara. Halah ini tulisan apa sih? Wkwkwkw

Menuju pantai ujung genteng, kami berempat memacu kecepatan sepeda motor sebisa kami. Nggak deng, cuma Dhika dan Dimaz yang berusaha ngebut. Aku sama Uti mah cuma duduk dan pasrah kapan kita akan sampai. Sekitar 30 menit menuju lokasi, langit jingga telah menyambut kami dengan sukacita. Diantara pepohonan kelapa dan kebun di pinggir jalan, matahari mulai meminta kami bergegas. "Ayo!," katanya meminta kami untuk cepat sampai.

Tapi kami bisa apa? Jarak kami terlalu jauh untuk bisa merengkuhnya. Selama di jalan, aku menghela napass berkali-kali, mencoba menikmati dan mengabadikan dengan lensa mataku. Indah sekali, sungguh. Andai kalian di sana guys, pasti kalian udah nggak ngerti lagi mau ngomong apa selain Masya Allah. Beneran deh!

Menghampiri Sisa Sunset di Pinggir Pantai


Sekitar setengah tujuh malam, akhirnya kami sampai. Rombongan berpisah. Aku dan Dhika di sudut kiri, sedangkan Dimaz dan Uti di sudut kanan. Aku tahu rasanya jadi Dhika, mungkin sedikit kesal. Sejak di jalanan aku memintanya untuk bergegas, sedangkan diri ini nggak tahu diri kalau nyupir itu capek, woy. hahahah Maaf ya, Dhikaaa XD.

Aku langsung turun dari motor dan berlari ke pinggir, mencoba catch momen sisa sisa matahari senja. Duh, sudah ketinggalan! Batinku mulai kesal. Tetapi itu, senja selalu istimewa, dengan atau tanpamu ia tetap menantiku meski hanya menyisakan sedikit saja pesonanya. Saat langit tak lagi jingga, aku hanya bisa duduk menikmati sisa-sisa keindahannya sendirian.

Nggak terlalu dapat feel indahnya matahari terbenam di sini. Tapi, cakep kok lumayanlah jadi obat capek selama perjalanan menuju ke sini. Jadi, yaaa worth it nggak worth it, sih :))

matahari terbenam di pinggiran pantai ujung genteng


Ya, aku memang pergi bersama rombongan. Tapi, kalau udah ngomongin catch momen, duh jangan sampai deketin aku, deh yang ada nanti aku cuekin. Aku suka sekali sendirian soalnya. Boleh kalau mau nemenin, tapi kalau mau ngobrol, ya siap-siap aja kalau aku nggak liat kamu, ya! ^^

Ada ingin yang membuatku untuk kembali ke sini suatu hari nanti. Kapan dan entah dengan siapa, tetapi sungguh aku ingin sekali datang ke sini sekali lagi menikmati sunset yang menawan di bibir pantai sambil bersandar pada bahu yang bidang. Euh, galau abeeezzz... Dah ah dah, kalau kalian mau ke sana guys, kalian cukup liat maps aja! *anakmapsbangetsoalnya* hahahah


Got this view after act like running man! Menuju 16km dan kecewa, lalu berbalik menuju 44km dengan penuh perjuangan. Menembus hujan, meyakinkan diri bahwa di depan langit cerah menanti. Dari ujung ke ujung, sampe mabok di jalan, ilang-ilangan dan hampir menyerah. Berunding di masjid sambil istirahat, memutuskan untuk berbalik arah dan cari homestay. Kesal, marah, kecewa dan semuanya udah pasang muka lelah. Dunno what to do, nanggung banget tapi udah capek. Akhirnya, setengah 6 nekat menuju pantai dengan segala resiko. Mendung masih pekat, tapi masih kalah kuat dengan tekat. Di jalan, pemandangan sunset, garis senja sudah terlihat begitu indah. Tak sabar rasanya. Dhika dan Dimaz menambah kecepatan demi kami agar bisa menikmati sunset di pinggir pantai. And taraaa, sisa sunset masih menunggu kami dan ini adalah hadiah kekecewaan kami dari pantai sebelumnya. Masya Allah 😍😍
Sebuah kiriman dibagikan oleh Dwi Septia (@septsepptt) pada


Kalau dari Sukabumi kota jaraknya sekitar 50an kilometer gitu, sih. Mayan lah bikin pegal tangan, pundak, dan backbone behehehehe. Tapi, kalau kalian memang ingin membuktikan indahnya matahari terbenam di Sukabumi, Pantai Ujung Genteng juaranya! ^^

2 komentar

Halo!

Terima kasih telah membaca blog www.dwiseptia.com. Semoga konten yang ada di blog ini bisa menginspirasi. Doakan saya bisa produksi konten yang lebih baik, ya!
Oh, ya kalau ada rekues konten silakan tulis di kolom komentar, ya! ^^