Membayar 13 Jam Perjalanan dengan Pemandangan Ciamik di Kawasan Ciletuh Geopark

Semua orang sangat suka melakukan perjalanan, tetapi tidak banyak yang berani untuk mengambil resiko pergi ke luar kota hingga ke luar provinsi untuk datang ke tempat yang belum pernah didatangi sebelumnya. Let’s say, biasanya akan lebih mudah dan praktis untuk ikut bergabung dengan rombongan yang memang memiliki tujuan yang sama, lalu menyewa mobil atau bus mini. Sisanya, akan lebih memilih paket wisata untuk mempermudah iten mereka. Aku adalah orang tipe keduanya. It depend  on budget dan teman perjalananku.

But, in reality. Aku suka sekali berkelana dengan motor pribadi. Bukan anak motor juga sih, tetapi aku sangat-sangat menikmati perjalanan dengan motor. Dunno why, mungkin karena aku lebih suka menikmati proses. Dengan motor, aku bisa menentukan catatan perjalanananku sendiri. Aku tidak terikat dengan jam travel yang mengejar lokasi, pun tak merasa berat sebelah dengan keputusan rombongan yang tak jarang menimbulkan salah paham atau kekecewaan di tengah jalan.




Tidak hanya satu dua saja, hampir semua teman-temanku yang pernah kuajak untuk travelling naik motor PP selalu menolak. Aku gila, katanya. Capek lah, jauh lah, pegal lah dan many reasons lainnya yang bikin aku jadi malas untuk colek-colek ketika aku ingin melepas penat. Apalagi sejak di Jakarta, rasanya semakin sulit menemukan siapa yang bisa untuk diajak mbolang bareng ke luar kota hingga ke luar propinsi naik motor. Karena memang gilak sih, selain memakan waktu, naik motor memang akan sangat memakan tenaga.   

Sudah sejak lama sebenarnya aku ingin memijakkan kaki di Sukabumi. Hanya saja memang masih belumt ahu tentang bagainmana caranya dan akan dengan siapa pada akhirnya aku akan melakukan perjalnaan bersama. Aku adalah seseorang yang memiliki bnayak tujuan, tetapi seringkali lebih menyukai sesuatu yang bisa tanpa direncanakan. Karena sesuatu yang terlalu lama direncanakan kemudian gagal akan memberikan efek kekecewaan yang teramat sangat menyakitkan. Jadi, kalau ada rencana main sama aku, pastikan bahwa rencana itu sudah fix dan matang; bukan sekadar angan-angan belaka,

Perjalanan Perdana ke Sukabumi Setelah Satu Tahun di Jakarta


Satu tahun, aku menunggu sampai pada akhirnya tiba momen di mana ada yang mau untuk diajak pergi ke Sukabumi. Ciletuh tepatnya. Sebuah geopark yang memang menarik hati ini berhasil membuatku dan Dimaz pada awalnya tertarik untuk bisa sampai ke sana. And here we go, kami berdua akhirnya sampai di Sukabumi, tepatnya di Ciletuh Geopark. Nggak deng, berempat karena ada Uti dan Dhika juga, temen kantor yang dua-duanya anak asli betawi Cuma yang satu based di Jakarta dan yang satu di Bogor. Kenapa mereka? Panjang ceritanya. Nggak akan kelar pula dalam satu artikel panjang ini jadiiii lupakan hahaha.

Malam ini, di pinggir pantai Ujung Genteng akhirnya kami berempat bisa duduk bersama saling bercerita setelah menempuh perjalanan panjang dari Jakarta ke Sukabumi naik motor. Sekitar 13 jam lamanya kami bergelut dengan macet, hujan, traffic padat di jalur utama Bogor ke Sukabumi dengan truk tronton akhirnya kami sampai di Ciletuh Geopark. Tidak mudah bagi kami untuk bisa sampai di titik ini. Dibalik perjalanan panjang ini menyimpan banyak suka duka yang membahagiakan juga sangat menjengkelkan.





Rasa lelah yang terbayarkan ketika pertama kali sampai di Bukit Panenjoan. Kami berempat bisa melihat hamparan hijau yang luas dan sejuk sekali. Udara memang panas, tetapi rasanya membayar lelah dengan pemandangan dari atas bukit panenjoan adalah bonus yang luar biasa healing banget. Bersyukur sekali bisa diberikan kekuatan untuk sampai di lokasi. Padahal, sejak awal kami ragu apakah kami akan sampai atau akan menyerah di tengah jalan.

Mulai dari iten yang berantakan, jadwal yang mundur karena hujan sampai kondisi jalanan yang membuat kami harus berhenti sering-sering. Lebih parah, kondisi fisik yang ditempa oleh hujan setiap malam membuat masing-masing dari diri kami tumbang. Memang nggak bersamaan sih, tetapi tetap saja ketika satu tumbang yang lain harus menyesuaikan dan jadilah timeline jadi mundur!



Ada yang marah-marah karena iten mundur, ada yang bad mood karena nggak sampai-sampai, ada yang bete karena lokasi nggak sesuai dan masih banyak hal dibalik cerita ini. Cerita bahagianya mana? Banyak kok! Mulai dari mampir kebun teh terus foto-foto dan video-video nggak jelas sampai kami semua lupa kalo urat malu kami harusnya dijaga, bukan dipermalukan di Instagram! Hahahahahahah

Perisapan Sewa Tenda hingga Sewa Motor dari Luar Kota


Sebelum hari H, tepatnya H-7 kami mempersiapkan sewa motor hingga tenda yang akan kami pakai untuk menginap di pinggir pantai/curug di Sukabumi. Banyak drama dibalik peminjaman motor dari yang unitnya ada tiba-tiba nggak ada hingga jam pengantaran mundur begitu saja di hari H. Kezel abis! Karena hal ini pula di grup oejalanku sempat saling marah dan kesal.




Sampai di lokasi, di Pantai Palangpang  kami mengalami kekecewaan tingkat berat! Enambelas kilometer yang kami tempuh tidak membuahkan hasil kepuasan atau kebanggaan bisa sampai di TKP. Sedih dan kecewa, jelas.  Sebab, awal pantai ini dituju adalah karena kami ingin melanjutkan ngecamp di Puncak Darma. Sayangnya, kondisi pantai yang super duper buruk membuat kami segera beranjak dari lokasi dan mengejar pantai di wilayah lain yang jaraknya  sekitar 49 kilometer. Wew, kan?!

Bertemu dan Hilang dengan Tim Ciletuh


Believe it or not, meski berangkat bersama-sama, aku dan teman-teman sering berpisah. Entah itu karena sebab rute jalan yang asing, gagal nyalip truk tronton, hingga harus istirahat berkali-kali karena fisik yang tak lagi mumpuni. Entahlah. Kami akan saling tanya di grup WhatsApp ketika sudah merasa bahwa kami hilang terlalu jauh. Kemudian salling tunggu di titik lokasi. Lalu, melanjutkan perjalanan ke tujuan selanjutnya. Begitu hingga pulang.

Tiga hari dua malam, bersama Uti, Dhika dan Dimaz. Menjadi pribadi yang nekat dengan segala tekat yang melekat pada diri. Melawan rasa kantuk yang luar biasa karena waktu tidur di hari pertama terampas penuh dan di hari kedua hanya mendapatkan sisa saja. Luar biasa!

Rasa Lelah yang Terbayarkan Setelah Sampai di Rumah


Jakarta, 5 Maret 2017. Kami berempat sampai di Jakarta dengan selamat. Sekitar pukul setengah sebelas which is mean that 13 jam lagi waktu perjalanan yang kami tempuh dari Ciletuh ke Jakarta. Capek? Jangan ditanya! Aku saja sudah berkali-kali ketiduran di motor. Sempat  muntah pagi-pagi. Kak Uti juga sempat tepar saat perjalanan ke Pantai Ujung Genteng. Dimaz dan Dhika yang harus mencuri waktu tidur karena menjadi driver full membuat mereka harus merelakan waktu tidur mereka.


Di akhir tujuan, stasiun karet kami berpisah. Kak Uti pulang, aku dan Dimaz ke tempat cuci motor dan Dhika masih harus menempuh perjalanan panjang ke Bogor (lagi) untuk pulang dengan barang bawaan yang berat. Ah, thanks gengs!!! ^^

Jakarta, 6 Maret 2017 – 00.00 WIB
Septi

10 komentar

  1. Ujung Genteng Ciletuh Sukabumi ini teh 😊

    BalasHapus
  2. Pemandangannya cakep semua, terbayar lelahnya Sept :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah Bu Wati emang keren banget :D

      Hapus
  3. pake motor dari Jakarta,,,,,,??

    BalasHapus
  4. Berapa jam perjalanan sih ? kalau naik motor jakarta sukabumi ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau ke Sukabumi kota jauh lebih dekat sih mas, yang jauh itu sukabumi ke ciletuhnya

      Hapus

Halo!

Terima kasih telah membaca blog www.dwiseptia.com. Semoga konten yang ada di blog ini bisa menginspirasi. Doakan saya bisa produksi konten yang lebih baik, ya!
Oh, ya kalau ada rekues konten silakan tulis di kolom komentar, ya! ^^