Menyusuri Jejak Sejarah Masjid Menara Layur Semarang

Akhirnya aku bisa merasakan Ramadan tahun ini di kota kelahiranku, Semarang setelah satu tahun lamanya merantau di Jakarta. Ada banyak suasana yang berubah di kota ini. Ada yang begitu berbeda begitu aku kembali. Suasana sepanjang jalan pahlawan yang kian ramai di sore hari. Hiruk pikuk jalanan beserta kemacetan di jam-jam menejelang berbuka puasa, hingga pemandangan lazim yang aku jumpai di masjid-masjid setiap kali jam istirahat siang. Yaa, banyak yang menghabiskan waktu di masjid untuk tidur selepas melaksanakan shalat untuk beristirahat sejenak. Maklum saja, sahur memang menyita waktu tidur. Bahkan aku pun begitu adanya, setiap kali puasa aku suka menghabiskan waktu siangku dengan tidur sejenak hahahaha.



Semarang, Kota yang Penuh dengan Bangunan Saksi Sejarah


Ramadanku tahun ini cukup mendapat sambutan yang baik dari kakakku tersayang, Shafrina, Ina atau Mbem, aku memanggilnya begitu. Ia mengajakku untuk menyusuri jejak sejarah masjid-masjid tua di Kota Semarang. To be honest aku tidak terlalu tertarik dengan dunia sejarah apapun itu. Namun, agaknya aku adalah warga yang kurang baik jika aku tidak tahu tentang sejarah kota kelahiranku sendiri. Akhirnya aku mengiyakan ajakan tersebut dan menghabiskan waktu siang di Ramadanku bersama dia.

Sebagai anak yang lahir dan besar di Semarang, aku cukup beruntung karena kota yang juga menjadi ibukota Jawa Tengah ini menjadi kota yang iconic karena punya banyak banget bangunan bersejarah yang penuh dengan cerita. Mulai gereja, masjid, hingga bangunan-bangunan lain yang dulunya memiliki peran penting di zaman penjajahan Jepang dan Belanda. Mumpung masih suasana Ramadan, aku dan temanku pun memutuskan untuk menyusuri jejak sejarah di masjid. Yes, kali ini perjalanan kami berdua adalah untuk menelisik lebih jauh tentang masjid tua di Semarang yang dulunya memiliki peran penting, namun sayang tidak banyak orang yang tahu tentang ini.

Berkunjung ke Masjid Menara Layur


Sebelum memutuskan untuk pergi, kami berdua mencari informasi yang cukup dulu mengenai masjid-masjid bersejarah di Semarang lewat Google dan review dari beberapa blog lain. Setelah mengantongi beberapa alamat masjid tua di Semarang, kami memutuskan hanya satu tempat yang akan kami ulik sejarahnya. Dan tempat tersebut adalah Masjid (Menara) Layur Semarang.
Seperti namanya, masjid ini tepat berada di jalan layur, di kawasan kota lama Semarang. Masjid ini sebetulnya lebih dikenal dengan nama masjid menara karena memang memiliki menara yang terletak di bagian halaman depan masjid.


Masjid Layur Tampak Luar
  Dari luar, masjid ini tidak terlihat seperti masjid pada umumnya. Bahkan, kami sempat mengira masjid ini tidak lagi aktif karena bangunannya yang sangat tua dan dari luar tidak terlihat ada bangunan lagi di dalamnya. Bangunan gapura masjid ini dibatasi oleh tembok yang berbentuk seperti benteng dan pagar berwarna hijau dan tepat di sampingnya, ada menara yang kokoh berdiri.

Teras Tempat Shalat Pria

Masuk ke halaman masjid, kami cukup dibuat terpukau karena ternyata masjid menara ini memiliki bangunan yang cantik dan cukup memukau dengan warna kombinasi hijau putih. Arsitektur dari masjid ini memiliki gaya Arab yang khas, tidak sama dengan masjid pada umumnya. Bangunan dari masjid menara ini dibuat seperti panggung, yaitu ditinggikan karena kondisi lingkungan sekitar masjid yang sering rob. (Rob adalah banjir air laut atau naiknya permukaan air laut)

Arsitektur Masjid Menara Layur

Aku suka sekali dengan bangunan atapnya yang khas. Kalau diperhatikan mirip dengan Masjid Agung Demak. Entah apakah memang ada hubungannya atau memang hanya kebetulan saja hahahah. Yang jelas, menurut kami bangunan masjid menara layur ini benar-benar bagus dan artistik. Banyak juga ternyata yang menjadikan bangunan masjid ini sebagai background latar foto untuk anak-anak social media yang ingin menjadikan feed Instagramnya benar-benar rapi alias Instagramable. Nggak percaya? Dateng deh ke sini dan  buktikan sendiri :))

Cerita Sejarah di Balik Masjid Menara Layur


Jadi, menurut cerita yang kami berdua baca, dulunya masjid ini adalah kantor pelabuhan Semarang. Dan menara atau mercusuar yang terdapat di latar masjid tersebut dulunya masih berfungsi normal sebagaimananya mercusuar pada umumnya, yaitu sebagai penunjuk atau pemberi navigasi kapal yang tengah berlayar di laut.

Namun, setelah pelabuhan berpindah, mercusuar juga turut berpindah. Kemudian, bangunan mercusuar beserta kantor pelabuhan dialihfungsikan sebagai menara dan Masjid oleh para saudagar Arab yang berasal dari Yaman.

Menara Masjid Layur - Mba Ina - Septi
Kawasan Jalan Layur ini dulunya merupakan tempat bermukim orang-orang suku Melayu asli. Hal inilah yang akhirnya melatarbelakangi lahirnya nama Kampung Melayu di kawasan masjid menara layur. Namun, saat ini hampir tidak ada keturunan asli Suku Melayu yang bisa ditemukan di Kampung Melayu.

Oh ya, area ini dulunya juga sering disebut dengan “Arabische Kamp” karena banyaknya warga pendatang keturunan Arab yang mayoritas berasal dari Hadramut, Yaman.

Tempat Sholat Pria dan Wanita yang Terpisah

Ada yang menarik dan sangat menarik dari masjid menara layur ini. Jadi, pertama kali masuk, perhatian kami tertuju pada satu bangunan yang tidak terlalu besar yang terletak di sisi kanan masjid. Dan ternyata, setelah kami mendekat, bangunan kecil tersebut adalah tempat khusus sholat untuk wanita. Waaaahhh jadi makin menarik yah kalau tempat sholat dipisah.

Tempat Sholat Wanita
Jadi muslimah yang ingin sholat di sini nggak perlu takut akan berbaur dengan jamaah pria karena sudah pasti aman. Dan masjid utamanya ternyata hanya difungsikan untuk jamaah pria saja. Jadi, jamaah wanita tidak diperkenankan masuk untuk menghindari fitnah atau campur aduk antara jamaah pria dan wanita. 

Tempat Wudhu Masjid Menara Layur
Berdasarkan penelusuran kami, masjid ini masih berfungsi secara aktif, terutama untuk kegiatan sholat lima waktu. Meski tidak seperti masjid besar lain yang padat akan kegiatan masjid, masjid menara layur ini tetap semarak karena banyaknya pengunjung yang mampir saat sholat. Terutama pada saat Ramadan, masjid ini tetap menyajikan hidangan untuk buka puasa bersama.

Itu dia perjalanan kami kali ini di masjid menara layur Semarang. Lumayanlah yaa meskipun sebentar dan hanya sehari, aku jadi sedikit tahu tentang bangunan bersejarah masjid menara layur ini. Dan baru ngeh juga ternyata ada kampung melayu di Semarang hehehehe agak 'ndeso' sih ini emang sebagai anak Semarang. Mau tahu perjalanan berikutnya? Pantengin terus blog dan channel YouTube aku yah ^^

tulisan ini diikutan sertakan dalam lomba blog Pesona Ramadan Jawa Tengah yang diadakan oleh GenPI Jateng

Salam,

16 komentar

  1. sayang durasi videonya terbatas,
    soalnya masih ada bagian dari masjid layur ini yg blm sempet keeksplor.
    Next time asik juga kalo mesti ngeeksplor tempat bersejarah lain di semarang, seru!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya hahahah video lengkap lain ada di IG kok mba hihi :D

      Hapus
  2. Saya belum pernah ke Masjid Menara Layur. Membaca ini seperti menemukan sejarah yang selama ini tidak pernah ter-ekspose. Jadi penasaran dan ingin mengunjungi Masjid Menara Layur, kalau bisa bukan hanya mengunjungi tetapi juga menyempatkan beribadah di sana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mampir dong mba, kan masih Semarang hehehehe bagus loh masjidnya :D

      Hapus
  3. Entah mengapa, suasana Ramadhan di tanah jawa yang kaya atmosfir budaya islam memang menjadi kerinduan tersendiri apalagi ketika merantau. Rasa-rasanya ketika beribadah dengan lingkungan yang memiliki tempat-tempat peninggalan sejarah seperti itu, semakin meningkatkan semangat untuk beribadah kepada Sang Maha Pencipta.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betuuull mas, Jawa itu kulturnya benar-benar terasa sekali :D Mampir sini mas hahaha

      Hapus
  4. Pernah ke sana beberapa taun lalu pas berkunjung ke rumah pakde di semarang. Tempatnya bagus.
    Semarang emang tempat yg cocok buat penyuka sejarah heheh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kamu itu penyuka sejarah kak. Cocok banget tempatnya :D

      Hapus
  5. Wah unik sekali masjid ini, thank you dwi for sharing. Semoga punya kesempatan untuk berkunjung kesana :)

    BalasHapus
  6. aku pernah ke sini, tapi sejarahnya kurang tahu
    jadi ngerti sekarang. thanks mba Dwi

    BalasHapus
  7. Foto-fotonya bagus mbak Dwi, kereennn..

    Saya belum pernah mampir kesini tapi kalau cuma lewat sudah beberapa kali, lagipula tempat masjid ini berada bukan jalur perjalanan kerja saya hehe..

    Mungkin suatu saat nanti kalau ada kesempatan bisa mampir ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah terima kasih mbaa, mari mampir :)

      Hapus

Halo!

Terima kasih telah membaca blog www.dwiseptia.com. Semoga konten yang ada di blog ini bisa menginspirasi. Doakan saya bisa produksi konten yang lebih baik, ya!
Oh, ya kalau ada rekues konten silakan tulis di kolom komentar, ya! ^^