Menikmati Sajak Indah Sapardi dalam Film Hujan Bulan Juni

Aku ingin menjadi Pingkan yang hidup berhujankan puisi. 
Aku ingin menjadi Pingkan yang membuat Sarwono beku
Lalu menyalurkannya dalam bait kata bernada.

Lagi, aku dibuat jatuh cinta oleh film Indonesia. Bukan, bukan karena latar ceritanya, bukan pemeran utamanya, bukan pula alur ceritanya. Aku jatuh cinta pada Sarwono. Sosok Sarwono yang apa adanya. Tanpa banyak bicara, menyampaikan rasa dalam kata dan bisa membuat Pingkan jatuh cinta di pelukannya, tanpa paksa.


96 menitku dibuat jatuh cinta betul pada rangkaian kata demi kata film "Hujan Bulan Juni". Awalnya aku sempat meragukan Adipati Dolken saat akan memerankan sosok Sarwono. Mungkin akan aneh dan penjiwaannya kurang. Karakternya kurang pas untuk seorang seniman yang digambarkan Sarwono. Tetapi, memang nyatanya, sosok Sarwono tak butuh diperankan oleh seorang yang neko-neko. Sarwono punya jiwanya sendiri pada siapapun yang berusaha memerankan sosoknya.

Bagaimana mungkin seseorang ingin mengurai benang dari sapu tangan yang telah ditenunnya sendiri?

Aku tidak tahu persis apa yang dirasakan oleh Eyang Sapardi saat membuat satu bait puisi ini. Aku menikmatinya. Seperti ada magis dalam tiap bait bait yang Beliau tulis. Aku jatuh cinta semudah itu pada puisi karya Eyang Sapardi.

Peran Pingkan dan Sarwono



Aku merasa Adipati sukses menjiwai karakter Sarwono yang cenderung sederhana dan memang pantas untuk dicinta. Aku suka sekali bagaimana Adipati memerankan cara cemburunya Sarwono yang 'unik'. Aku suka cara Sarwono mencintai Pingkan, yang diperankan oleh Velove. Dari mereka aku justru belajar bahwa percaya itu penting. Dan jarak itu tidak berarti apa-apa. Sebab, cinta tahu di mana hatinya berada.



Scene ketika Sarwono menyisipkan puisi pada Pingkan selalu jadi favorit. Aku selalu suka setiap bagian itu. Caranya, sederhana, namun romantis luar biasa. Aku mendamba laki-laki seperti itu. Meski ada yang bilang bahwa punya pasangan romantis itu membosankan karena hanya dihujani kata-kata, aku merasa sebaliknya. Bagiku, memiliki pasangan romantis itu suatu anugerah. Sebab, aku tipikal orang yang tidak terlalu suka banyak bicara. Aku, lebih suka menuliskannya dalam kata-kata. Dan membuat pembaca berimajinasi secara bebas. Hidup dalam imajinasinya sendiri.

Puisi Sapardi, Sederhana, Tapi Begitu Sempurna



Ah ~
Jika harus mengeja
Aku tidak tahu harus berbuat apa
Yang aku tahu
Aku jatuh cinta
Pada Hujan Bulan Juni
Pada puisi
Pada peran
Para karakter
dan Pada Eyang Sapardi ~

Aku tidak bisa menjadi kritikus film kali ini. Andai aku bisa berdiri dan melakukan standing applause, mungkin itu yang akan aku lakukan. Sayangnya, aku tidak mungkin melakukannya di bioskop, bukan? Andai saja aku bisa, aku pasti akan melakukannya. Sungguh, aku akan melakukannya.

Boro boro mengeja, aku membacanya saja sudah dibuat lupa akan dunia. Aku dibuat jatuh cinta tiada habisnya. Aku tidak sedang melebih-lebihkan. Ini apa adanya. Aku suka setiap puisi yang ada di layar. Baik yang tertulis, atau yang dibaca secara puitis. Itu saja.

Aku tidak berekspektasi apapun selama menonton ini. Dan ternyata, aku merasa lebih baik. Dibuat jatuh cinta tanpa harus menanggalkan harapan-harapan ternyata membuatku lebih bisa menikmati film Hujan Bulan Juni. 8 dari 10 aku beri untuk film ini. Aku suka dengan plotting cerita, percakapan, pembawaan karakter dan semua latar yang ada dalam film ini. Aku, jatuh cinta ❤❤❤.

Kata-kata Sarwono Kepada Pingkan


Aku tidak takut kepada Beni, Aku takut pada Katsuo. Dua tahun kau akan bersama dia, Pingkan
Kau kan bisa melarangku pergi ke Jepang. Cukup itu
Aku tidak ingin menghalangimu ke Jepang, itu mimpimu. Kamu menginginkannya. Dan aku tidak ingin menjadi penghalang atas mimpimu.

*Scene di Jepang*
"Aku mau kirim kabar ke Sarwono," kata Pingkan pada Katsuo
Katsuo kecewa. Raut mukanya berubah. Padahal Katsuo itu sempurna. Tapi, aku suka ketika Pingkan berkata:
Sar, kamu memang dari Katsuo. Kamu sudah menang. Katsuo justru merasa kalah sebelum berperang, sebab, aku tidak henti memikirkanmu bahkan saat hadirmu tidak ada di dekatku. Katsuo kalah, Sar. Kamu memang justru tanpa hadir.

Terima kasih Eyang Sapardi, telah menjadi seorang Eyang yang kaya akan karya. Terima kasih telah menjadi seseorang yang menginspirasi, terima kasih telah melahirkan rangkaian kata kata yang membuatku jatuh cinta pada dunia sastra.

Terima kasih pula untuk mas Dedy Sudartoyo yang mau menemani menonton film Hujan Bulan Juni di bioskop beberapa waktu lalu. Aku bahagiaaa bisa menonton ini. Serta, untuk mas Haris Prabowo, terima kasih atas buku kumpulan puisi Hujan Bulan Juni sebagai hadiah khusus bersayarat yang diberikan untukku. Terima kasih karena mau menuruti adikmu yang banyak maunya ini :)

Terakhir,
Aku ingin menjadi Pingkan yang menemukan rumahnya di Sarwono,
yang meletakkan hatinya pada Sarwono,
yang tidak pernah kesepian sebab Sarwono selalu ada, di hati Pingkan

Salam,

1 komentar

Halo!

Terima kasih telah membaca blog www.dwiseptia.com. Semoga konten yang ada di blog ini bisa menginspirasi. Doakan saya bisa produksi konten yang lebih baik, ya!
Oh, ya kalau ada rekues konten silakan tulis di kolom komentar, ya! ^^