Semua Bisa Ambil Peran untuk Melestarikan Hutan Lewat Adopsi Hutan Bersama Hutan itu Indonesia

 

 “Ketika pohon terakhir mati, sungai menjadi kering, hewan terakhir mati, manusia akan sadar bahwa uang tidak bisa dimakan”

Hidup di desa setelah menikah membuka mata saya lebar-lebar bahwa tanpa alam, manusia sejatinya bukanlah siapa-siapa. Tanah, kayu, air, udara, siapa yang berperan atas itu semua selain alam dan ekosistemnya yang luar biasa untuk kita? Manusia? Mereka hanyalah peran yang hanya bisa menjadikan alam sebagai sumber kehidupan mereka saja. Ada butuh, baru ingat kepada alam. Tetapi, ketika alam butuh manusia, kemana mereka?

Sampah-sampah berserakan di sungai, pohon-pohon ditebang tanpa pilih, Penanaman kembali tak diindahkan. Asal kebutuhan manusia sudah merasa tercukupi dari alam, manusia meninggalkan alam seolah lupa bahwa alam juga hidup beriringan dengan kita semua.

Padahal selama ini saya dan suami saya senang sekali berkunjung ke hutan untuk melepas penat. Untuk bercengkrama lebih dekat dengan alam. Untuk menepis rasa stress kami karena hiruk pikuk kota yang melelahkan. Sebab hutan bagi kami punya nilai lebih dari sekadar tempat untuk bernaung pohon. Tetapi hutan juga bisa kami jadikan tujuan untuk berwisata, untuk mengagumi alam semesta, menikmati hasil alamnya dan bercengkrama dengan makhluk hidup yang hidup di dalamnya.

Hutan Sebagai Cagar Alam

Hutan Sebagai Tempat Wisata

Beberapa tempat kami datangi, seperti Ranca Upas dimana rusa-rusa ditangkar di sana. Di habitat hutan yang terletak di Bandung atas. Monkey Forest Ubud Bali dimana monyet-monyet dibiarkan tinggal di habitat aslinya bersama sungai yang mengalir alami, di tengah hutan rimbun dengan ekosistem alamnya yang luar biasa menenangkan. Selain bisa menikmati alam yang bertumbuh dengan indahnya, kita juga bisa melihat tingkah laku alami hewan-hewan, seperti monyet dan rusa di habitat asli mereka. Bukankah menyenangkan bisa melebur menjadi satu bersama makhluk hidup lain dalam keselarasan alam semesta?

Monkey Forest, Ubud, Bali
Ranca Upas, Bandung
Monkey Forest, Ubud, Bali

Berkunjung ke hutan, entah untuk berwisata atau untuk bercengkrama dengan alam, semuanya terasa menenangkan bagi kami. Kami jadi sadar betul bahwa pada dasarnya, manusia itu adalah bagian dari ekosistem alam. Yang ketika ada elemen yang hilang, maka semuanya tampak rumpang.  

Pandemi Corona ini Mengajarkan Kita Banyak Hal Tentang Kembali ke Alam

"Jika ingin hidup lama, maka bersikap baiklah dengan lingkungan hidupnya.."

Kita semua sedang diuji dengan pandemi corona. Pandemi yang membuat kita harus saling menjaga jarak dan kembali ke alam. Pandemi ini tidak bisa kita pungkiri bahwa kehadirannya berawal dari virus yang berasal dari hewan-hewan liar yang akhirnya bersentuhan langsung dengan manusia. Bagaimana bisa hewan-hewan liar yang habitatnya jauh dari manusia kemudian mengusik jikalau manusia tak pernah sedikitpun merusak habitat mereka?

Siapa sih yang ngerusak habitat hewan-hewan liar sampai ada virus yang mencekam begini?

Udah bener hewan liar jauh-jauh dari hidup kita, eh malah dimakan. Ya jelas bikin sakit lah! Tuh! Jadi nular kemana-mana, kan!!!

Bukannya saling bantu, malah saling adu untuk cari kambing hitam atas pandemi corona ini. Padahal, sebenarnya yang perlu kita tengok adalah diri kita sendiri. Sudah seberapa jauh peran kita untuk ikut menjaga ekosistem dan peradaban lingkungan agar seimbang?

Bagi sebagian orang di kota berpikir bahwa hutan itu jauh. Sebut saja saya. Saya yang terbiasa hidup di tengah kota merasa bahwa alam sudah cukup baik untuk memenuhi kebutuhan saya tanpa perlu saya ambil peran. Tetapi, setelah berpindah dan tinggal di desa. Saya memahami bahwa hidup menjadi seorang petani, pekebun, aktivis lingkungan tidaklah mudah. Saya baru memahami bahwa ternyata menjadi seorang penjaga alam itu adalah panggilan hati, bukan semata karena uang.

Selama ini saya mengira bahwa alam itu bisa bertumbuh tanpa kita harus ikut campur tangan di dalamnya. Hutan-hutan rimbun, tanaman-tanaman tumbuh subur, sungai-sungai mengalir deras dengan sendirinya tanpa perlu kita jaga. Tapi semua pandangan saya berubah total ketika mendapati di masa sekarang bahwa sungai-sungai mulai kering, hutan-hutan kota ditebang untuk jadi permukiman, tanah-tanah bakal sawah diratakan untuk keperluan jalan. Kita ini terlalu sombong dan lupa bahwa alam bisa marah kapan saja. Kalau alam marah, memangnya kita bisa apa?

Kita pernah sadar nggak sih?

Kertas dan kayu-kayu bakal pondasi rumah asalnya dari pohon. Air-air bersih bakal air minum asalnya dari mata air pegunungan. Tisu yang kita gunakan setiap hari berasal dari pohon-pohon hutan. Tempat wisata di pegunungan adalah hasil dari babat hutan dan dibangun sedemikian rupa untuk kepuasan manusia.

"Alam telah mentoleransi manusia begitu luar biasa. Bahkan bisa dibilang kita masih bisa hidup saat ini saja adalah bentuk toleransi dari alam yang begitu besar."

Butuh kesadaran diri sendiri yang kuat memang dengan alam dan hutan yang mana ketika kesadaran itu muncul, sedikit banyak akan mengubah pola pikir kita. Sehingga kita semua sebagai manusia bisa sadar bahwa kita bisa melakukan apapun untuk menjaga hutan meskipun dari kejauhan kota. Mulai dari berpikir apa-apa yang kita pakai apakah hasil dari eksploitasi hutan atau bukan(?)

Mengenal Keanekaragaman Hayati Hutan yang Lebih dari Sekadar Pohon


Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati dan kekayaan alam yang sangat melimpah. Letak geografis Indonesia yang berada di daerah tropis dan dilewati oleh garis khatulistiwa membuat berbagai jenis ekosistem dapat ditemui di Indonesia, di antaranya ekosistem hutan yang merupakan salah satu ekosistem terbesar yang dimiliki oleh Indonesia. Dilansir dari World Resources Institute Indonesia (WRI Indonesia), hutan tropis Indonesia menduduki urutan ketiga terbesar di dunia setelah Brazil dan Kongo.

Sumber Infografis: The Nature Conservancy Indonesia

Luas hutan tropis di Indonesia adalah 10% dari luas hutan tropis di seluruh dunia dimana di dalamnya terdapat 10% spesies tumbuhan, 17% spesies burung, 12% spesies mamalia dan 10% spesies amfibia dan reptilia dari seluruh dunia. Indonesia sendiri memiliki 25.000 spesies tumbuhan dan 2.000 di antaranya adalah spesies anggrek yang tumbuh di Kalimantan. 25% obat-obatan alami juga dihasilkan dari hutan tropis, loh! 

Kebayang nggak sih betapa kayanya Indonesia kita dengan 97 hektar luas hutan hujan tropisnya? Jutaan hektar hutan yang dimiliki Indonesia ini menjadikan Indonesia memiliki gelar sebagai paru-paru dunia. Gila gilaaa bangga banget harusnya kita tuh sebagai warga negara Indonesia yang alamnya super duper kaya!

Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa fungsi hutan sebagai sistem penyangga kehidupan, tidak dapat dipisahkan sebagai sumber kehidupan makhluk hidup, termasuk manusia. Rusaknya hutan dapat memutus rantai kehidupan dan sewaktu-waktu akan mendatangkan bencana serta kerugian. Kerusakan hutan dengan seluruh komponen biofisiknya pun secara tidak langsung telah berkontribusi dalam peningkatan pemanasan global.

Salah satu isu lingkungan yang menjadi perhatian banyak pihak selama empat dekade terakhir adalah deforestasi. Dalam perspektif ilmu kehutanan, deforestasi dimaknai sebagai situasi hilangnya tutupan hutan beserta atributnya yang berimplikasi pada hilangnya struktur dan fungsi hutan itu sendiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sendiri, deforestasi diartikan sebagai penebangan hutan.

Sumber infografis: Direktorat PPI Kominfo

Deforestasi terjadi ketika area hutan ditebang habis dan diganti dengan bentuk penggunaan lahan lainnya. Istilah lain deforestasi adalah penggundulan hutan yang biasanya dilakukan untuk mengubah fungsi lahan menjadi fungsi lain, seperti pertanian, peternakan, atau permukiman. Deforestasi sendiri akan mengurangi tutupan tajuk hingga batas ambang minimum yaitu 10% dalam waktu jangka panjang atau pendek.

Dampak negatif dari deforestasi mengundang sejumlah masalah lainnya, termasuk perubahan iklim. Ancaman yang menakutkan memaksa manusia untuk berpikir menahan laju deforestasi dan degradasi hutan serta pemanasan global. Uuuhh ngeri, ya! Padahal Hutan hujan tropis memiliki fungsi penting sebagai penyangga kehidupan di bumi yang kaya dengan keanekaragaman hayati serta menjadi penyimpan cadangan biomassa karbon paling besar. Namun, hutan hujan tropis tidak akan dapat menjalankan fungsinya jika luasannya semakin menyempit. Sudah siapkan kita jika angka deforestasi meningkat dan kita kehilangan hutan kita yang selama ini berfungsi sebagai paru-paru dunia?

Sumber Infografis: Antara News

Kabar baiknya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat angka deforestasi di Indonesia pada tahun 2016-2017 alami penurunan menjadi 496.370 hektare. Deforestasi periode sebelumnya, 2015-2016, sebesar 630.000 hektar. Penurunan ini disebabkan adanya upaya perbaikan tata kelola kebijakan secara berlapis. Pencegahan kebakaran hutan juga dilakukan demi menekan laju deforestasi akibat kebakaran hutan dan lahan. (sumber: situs foresteract)

Mengenal Tentang Hutan Lebih Dalam

Lebih dari sekadar kumpulan pohon, hutan hujan tropis di Indonesia memiliki flora, fauna endemis, sumber pangan dan papan (terutama bagi masyarakat adat), sumber budaya, dan sumber inspirasi. Hutan di Indonesia memegang peranan penting dalam mengatur siklus air, mencegah benca ekologi, penyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen untuk kita bernapas. 

Bicara soal hutan tidak akan jauh-jauh dengan perubahan iklim yang kita semua lamai. Alih fungsi lahan hutan menjadi komoditi perkebunan, pertambangan dan pembangunan industri menjadi masalah yang serius kalau kita hanya diam saja. Terlebih lagi kalau semua itu tidak dikelola secara bertanggung jawab. Entahlah akan jadi apa kita para manusia tanpa hutan-hutan Indonesia. Mungkin, segera jika kesadaran kita akan pentingnya menjaga hutan kurang, fakta bahwa "Hutan Ditebang, Bencana Datang" akan segera kita rasakan. 

Lalu, Bagaimana Cara Menjaga Keindahan Hutan Indonesia?

Tidak perlu tinggal di desa, tidak perlu mengeluhkan jauhnya jarak untuk bisa berkontribusi untuk menjaga hutan Indonesia. Ada begitu banyak hal sebagai anak muda yang bisa kita lakukan untuk menjadi bagian dari hutan Indonesia yang lebih baik menurut situs Hutan itu Indonesia. Beberapa hal yang bisa kita lakukan adalah dengan cara-cara sebagai berikut:

Kampanye #JagaHutan Secara Personal

Satu-satunya cara untuk memulai adalah memulai dari diri sendiri. Mulai dari hal kecil dan mulai dari sekarang. Saya sendiri mulai mengenalkan Khaula, anak kami yang berusia satu tahun untuk dekat dengan kebun sejak ia masih bayi. Melalui proses berkebun yang kami lakukan di rumah, kami ingin mengajak Khaula ikut serta dalam menjaga ekosistem alam dengan mengolah apa yang dari dapur agar bisa kembali ke dapur.

Setidaknya setiap satu minggu sekali, keluarga kecil kami membiasakan kegiatan berkebun di saat weekend, saat suami saya libur. Kegiatan berkebun ini bagi kami adalah proses pengenalan kami terhadap alam lebih dalam lagi. Tentang proses ketergantungan manusia dengan alam yang tidak terpisahkan. Meski basic dari kami berdua bukan seorang pekebun, tapi kami percaya bahwa belajar bisa dari mana saja dan proses gagal akan mengajarkan kami banyak hal.


Awal-awal menanam, kami merasakan gagal berkali-kali ketika biji yang kami semai tidak tumbuh seperti harapan. Etiolasi lah, kurang unsur hara, pekatan larutan nutrisi terlalu banyak dan banyak kendala lain yang membuat tanaman kami tidak tumbuh. Tapi kami tidak menyerah, kami justru makin bersemangat mempelajari tentang tumbuhan yang ada di kebun rumah kami. Dan perlahan tapi pasti, biji-biji kami mulai tumbuh, bibit kami yang remaja mulai berbuah dan kebun rumah kami mulai rimbun dan bisa dipanen untuk dapur kami.
Kami juga mulai memberanikan diri untuk memilah dan milih sampah untuk mengisi bak kompos kami yang berasal dari dandang masak bekas yang sudah berlubang sana sini. Pun kami memulai memilah sampah kulit buah yang masih basah untuk kami olah menjadi eco enzyme yang nantinya bisa kami gunakan untuk pembersih lantai/piring, untuk pestisida alami kebun, hingga menjadi POC (pupuk organik cair) di kebun kami. Dan menjalani semua rutinitas berkebun ini ternyata seru sekali.

Seiring dengan berjalannya waktu, kami semakin memahami bahwa lingkungan itu hidup. Manusia dan alam itu saling membutuhkan satu sama lain. Kita butuh alam untuk tetap hidup, pun alam butuh manusia untuk hidup. Alam butuh manusia untuk tetap terjaga, manusia pun butuh alam untuk tetap tercukupi kebutuhan sandang, pangan dan papannya.

Selain itu, kami juga mengenalkan Khaula ke hutan terdekat, seperti hutan kota, cagar alam, taman nasional agar Khaula paham betapa indahnya alam semesta yang tergambar dalam hutan Indonesia. Dan tak lupa, kami juga membagikan kegiatan kami dengan cara memposting di media sosial tentang bagaimana proses pengenalan alam ini dengan tagar #JagaHutan agar makin banyak yang tahu bahwa kekayaan hutan di Indonesia itu nyata. Ini cara kecil kami untuk ikut serta dalam #JagaHutan. Kamu pasti punya cara yang lebih keren lagi!

Membuat Cerita dari Hutan

Saya percaya bahwa begitu banyak anak muda Indonesia yang dikaruniai kecerdasan untuk mengolah cerita dari hutan melalui berbagai output, seperti musik, puisi, tulisan, video, storytelling book, blog, dll. 
Almarhum Glenn Fredly, setelah menjelajah hutan Manusela di Pulau Seram, Maluku menciptakan lagu tentang hutan yang begitu indahnya untuk kita nikmati. Lagunya ini berisikan tentang alam yang terinsipirasi dari perjalannya saat masuk dan menjelajah hutan. 

Perjalanan Bung Glenn bisa disimak dan didengarkan di channel Youtubenya Hutan itu Indonesia dengan keyword "Musika Foresta #04" atau tinggal play di bawah ini, ya!


"Sayangi bumi hari ini, jangan dinanti seperti aku sayang padamu."
Glenn Fredly

Ikut Serta dalam Kegiatan Adopsi Hutan


Adopsi pohon sendiri merupakan program untuk pemeliharaan pohon melalui donasi yang diberikan kepada lembaga dan masyarakat lokal untuk memelihara pohon. Iya, adopsi pohon/pohon asuh, tetapi langsung di hutan. Kamu bisa ikutan program ini karena program ini dikhususkan untuk adopsi pohon besar yang sudah berdiri tegak dan bahkan nggak bisa dipeluk oleh satu orang karena batangnya sudah sangat besar.

Mengadopsi pohon berarti ikut mengapresiasi kehidupan kehidupan alam liar yang telah tumbuh berpuluh-puluh tahun dan kehidupan masyarakat sekitar hutan yang secara arif menjaga dan memelihara pohon-pohon di sekitar mereka.

Nah, kamu bisa ambil bagian untuk menjadi donatur dan berdonasi ke lembaga pengelola hutan untuk ikut menjaganya dari rumah. Kamu bisa juga melakukan donasi lewat kitabisa dengan kata kunci "Adopsi Hutan". Jadi, nggak usah alasan lagi karena tinggal di kota dan jauh dari lingkungan hutan, ya! :)

Mengonsumsi Produk hasil Hutan Bukan Kayu

Hutan itu sumber kehidupan. Di dalamnya terdapat banyak sekali bahan baku pangan yang sangat subur karena hidup dari air bersih dan keanekaragaman hayati di dalam hutan. Dengan mengonsumsi hasil hutan produksi masyarakat, hal ini juga bisa menjadi sarana untuk kamu yang ingin ikut membantu pelestarian hutan.

Ada banyak hasil hutan yang bisa kita nikmati. Karena di hutan juga tinggal masyarakat adat, salah satunya yang saya tahu adalah masyarakat adat baduy. Masyarakat Baduy tinggal di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten. Di sana mereka hidup berdampingan dengan alam. Mereka melakukan gerakan penghijauan kawasan hutan dengan menanam aneka jenis tanaman keras. Hal itu mereka lakukan  untuk pelestarian alam dan lingkungan.

Sumber Gambar: Google

Sumber Gambar: Google

Meskipun perjalanan saya ke baduy sempat batal waktu itu, saya suka sekali menyimak cerita perjalanan teman-teman saya yang telah bertemu masyarakat asli suku baduy. Masyarakat yang masih kental sekali dengan budaya adat mereka dan tidak terkontaminasi dengan budaya elit kota besar.

Baduy sendiri bisa dibilang merupakan suku adat yang cukup mandiri untuk mengelola hasil hutan mereka. Salah satu hasil hutan dari masyarakat adat baduy adalah tas koja. Tas ramah lingkungan yang terbuat dari  kulit pohon tereup yang terdapat di kawasan hutan adat masyarakat Baduy. Proses pembuatannya sendiri dilakukan oleh masyarakat adat Baduy melalui proses menyayat kulit pohon tereup tipis-tipis dan dipilin menyerupai tali. Selanjutnya, tali tersebut dijalin hingga membuat tas. Bentuk tas koja yang unik ini memiliki nilai seni bernilai jual tinggi. Bahkan, meski tellihat ringkih, tas koja nyatanya sangat kuat dan tahan lama karena menggunakan bahan alami.




Selain tas koja, ada juga hasil hutan berupa madu yang diolah oleh masyarakat Baduy. Madu baduy terkenal sebagai madu kualitas wahid. Rasanya alami tanpa campuran apapun, diambil dari kawasan Baduy Dalam yang masih asri. Dan yang paling menarik perhatian saya adalah gula aren baduy yang berbentuk oval (seperti bola rugby) yang dibungkus dengan daun kelapa kering. Gula ini bisa dijamin keasliannya karena masyarakat baduy mengolah gula aren dari menampung lahang (air nira) yang tumbuh di sekitar kampung dan hutan.

See, betapa hutan berperan banyak untuk kehidupan manusia, bukan? Maka dengan mengolah hasil hutan dan mengonsumsinya adalah salah bentuk bahwa kita mencintai hutan Indonesia yang kaya akan hasil alamnya.

Memperingati Hari Hutan Indonesia - 7 Agustus 2020

Sumber gambar: Hutan itu Indonesia
Sudah tahu belum kalau Hari Hutan Indonesia diperingati setiap tanggal 7 Agustus setiap tahunnya? Sebenarnya memang sudah ada Hari Hutan Sedunia yang diperingati setiap tanggal 21 Maret. Tetapi, kita butuh satu hari khusus dalam setahun dimana semua mata, pikiran dan usaha masyarakat Indonesia ditujukan untuk menjaga hutan agar tetap kaya dan bermanfaat bagi semua. Jangan lupa catat di kalendermu, ya!

Live streaming Hari Hutan Indonesia yang telah tayang di Youtube bisa juga kamu saksikan di sini, yah!
>


Jalan-jalan ke Hutan

"Seeing is believing..."
Memang untuk membuktikan sesuatu itu indah adanya adalah dengan melihatnya langsung. Sama dengan hutan, keindahan mereka bisa dibuktikan dengan melihat dan merasakannya secara langsung. Datang ke hutan! Hirup dan rasakan betapa bersih udaranya, betapa segar airnya dan berkomunikasilah dengan masyarakat yang tinggal di sekitaran hutan untuk merasakan betapa selarasnya kehidupan alam semesta.


Kalau saya dan keluarga kecil saya sendiri belajar menjaga hutan dengan cara menuliskan setiap jengkal perjalanan kami melakukan proses berkebun di akun @kebunkhaula. Kami ingin menjadi bagian partisipan yang ikut menyemarakkan hidup dari alam. Istilah kerennya sih #fromgardentotable agar makin banyak yang kembali pada alam untuk menikmati nikmatnya hasil alam dari tangan sendiri.


Kami percaya bahwa langkah sekecil apapun untuk menjaga hutan kita akan berarti banyak. Mulai dengan mengolah hasil dapur menjadi kompos, memilah dan milih sampah plastik dan sampah makanan untuk tidak dibuang sembarangan dan diolah kembali menjadi produk yang memiliki daya guna, menanam kembali/regrow biji-bijian dari buah yang kami makan untuk nanti ketika bibit sudah siap bisa dilepaskan ke kebun agar mereka tumbuh selaras dengan alam, hingga mempelajari hal-hal tentang alam agar kami semakin cinta dan semakin sadar bahwa alam telah berjasa besar pada kehidupan keluarga kami hingga saat ini.



Karena....

Pada akhirnya kita yang butuh hutan, hutan tidak butuh kita. Jadi sangat penting untuk kita menjaga hutan.

Karena....

Menjaga hutan itu artinya menjaga keberlangsungan hidup manusia tetap baik.

Jadi, ayo jaga hutan kita bersama-sama!|



Salam,

Dwi Septia

32 komentar

  1. Termotimasi untuk ikut andil Jaga Hutan dr mulai hal di sekitar kita dalam kelangsungan ekosistem alam

    BalasHapus
    Balasan
    1. semoga kita bisa menjaga hutan-hutan di indonesia agar tetap kaya akan keanekaragaman hayati ya, mas

      Hapus
  2. Halo mba Septia..
    Baca tulisan mba Sep bagus banget, berasa diajak jalan2 virtual 😂 lengkap isinya mulai dari destinasi wisata, kegiatan berkebun, liburan, bahas budaya sampai musik 😊 terimakasih ilmunya dan semangat terus menulisnya ya mbaaa 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo dek,
      Masya Allah terima kasih banyak ya dek udah baca tulisan mba sept.
      Terima kasih supportnya ya :)

      Hapus
  3. Ternyata bermain dengan alam itu menyenangkan yaaa, apalagi bisa ngajak anak-anak.. mereka bisa mengenal aneka tumbuhan dialam terutama hutan.
    Dirikuh juga udah mulai nanam menanam sayuran loh dirumah. Ada kangkung, kemangi, daun mint, bunga telang. Tp masih penasaran sama cabe rawit..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wiiihhhh udah mulai berkebun mba? Semoga bisa panen berlimpah dan yang paling penting cukup buat masak di dapur tiap hari ya mbaaa :D

      Hapus
  4. Pengen bgt ngajakin Kavya maen di alam. Lebih dekat sama alam.tapi skrang nemuin yg alami-alami di kota kok agak sulit yaa. Mungkin melipir baru nemulah satu dua...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kavyaaaaa ayo main sama Khaula hihi nanti insya Allah kalau ada kesempatan Khaula main ke kebunnya kavya yaahh :)

      Hapus
  5. Jadi teringat film animasi Wall E
    Ketika satu bibit pohon tersisa yg menjadi harapan

    BalasHapus
  6. Berperan dalam ekosistem alam tak harus blusukan ke alam, bisa mulai dari langkah terkecil dari pekarangan sendiri dan menghargai alam serta bijak memanfaatkannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mba niken, semuanya bisa berperan untuk #jagahutan!

      Hapus
  7. Keren nih website...Jadi mengingatkan bahwa Bijak akan alam lebih awal lebih baik demi anak cucu kita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thank you so much for spread the positivity! :)

      Hapus
  8. Wah keren banget ..sangat menginspirasi , aku cinta sekali hutan..hutan paru paru dunia ..terimakasih hutan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, terima kasih ka. Ayo kita #jagahutan kita bersama :)

      Hapus
  9. Saya bukan orang yang sensitif dengan isu lingkungan, apalagi soal hutan. Tapi, waktu dengar berita soal pembakaran hutan demi pembukaan lahan di Kalimantan tempo hari lalu, rasanya dada ikut sesak.
    Tulisan ini memberi saya insight baru, dan mulai tergerak untuk lebih peduli pada lingkungan. semoga nanti bisa ikut andil mengedukasi orang2 tersayang. Terima kasih! ❤️

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin! Semoga diri kita bisa jadi contoh yang baik untuk masyarakat sekitar juga ya kak! ❤️

      Hapus
  10. Mbaaa...
    Keren banget semuanya.
    Tulisan, desain, bahkan videonya...
    two thumbs up!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah...
      Thank you so much untuk apresiasinya yaaaa! ❤️

      Hapus
  11. Gokiill keren banget semuanya dirangkum jadi satu postingan gini, proud of youuu siss! Semoga dengan ini bisa menginspirasiku yg mulai berkebuun dan masih pemula ini yaa.. Keep up your good workk luv!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thank you so much for the support, sis. Semoga kita bisa keren selalu ya! Selamat berkebun! =)

      Hapus
  12. Suka banget kalo udah baca2 tulisan yg membahas tentang alam. Semoga makin banyak manusia yg menyadari untuk ikut andil dalam menjaga hutan ya beb supaya bumi bisa terus menghijau di tengah banyaknya polusi.
    Kalo nanti gue punya anak juga pengen ngajarin anak gue supaya bisa lebih mengenal ttg alam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, semoga kita selalu menjadi manusia yang berbakti kepada alam ya, windi. Nanti kalau udah punya anak kita ajak main ke alam bareng ya :)

      Hapus
  13. Tulisan bagus. Aku suka narasimu as always.
    Intinya, lakukan dari yang kita bisa, yang kita mampu, dan dekat dengan kita.
    Alam kan saling berhubungan, dari hutan yang luas sampai kebun kecil di rumah.
    Keep the good job.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mba Dini, thank you so much sudah berkenan mampir dan baca. Semoga kita bisa menjadi manusia yang selalu sayang dengan alam ya mbak :)

      Hapus
  14. Aku sampe baca tulisan ini dua kali loh 😁. Pertama belum selesai, kurang dikit tapi udah ketiduran karena bacanya tengah malam abis selesai kerja ini itu.

    Baca ke dua kalinya ku ulangi lagi dari awal dan masih sesuka itu. Kali ini ngga sampe ketiduran karena bacanya sore 😅.

    Tulisan ini selain santai dan enak dibaca, mengadung banyak informasi terutama untuk Aku yg belum bisa menyatu dan menikmati hutan. Setelah baca2 ini jadi pen punya tanaman tanaman kecil yg bisa dirawat di rumah biar rumah ada seger2 nya. Oia aku baru tahu kalo pohon bisa diadopsi masaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku tersanjung loh tulisanku dibaca sama ibu pejabat yang super sibuk hihihi.
      Makasih ya mba. Semoga kelak bisa menemukan pasangan yang menyatu dengan alam biar rumahnya banyak ijo2nya heheeh

      Hapus
  15. Banyak banget sebenarnya yang bisa kita lakukan untuk alam semesta, sayangnya masih banyak manusia yang belum bersedia melakukannya. Let’s spread the awareness while keep doing the good things in our own way! Together we grow stronger!

    Semangat berkebun ya beb! Seneng bgt aku lihat hasil kebunmu. Seger...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hopefully kita bisa ketemu segera ya beb, aku kan juga pengen pamerin hasil kebunku ke kamu secara langsung! Hahahaha

      Hapus
  16. Wah Khaula sudah terbiasa berkebun ya Wi...Semoga program keren adopsi hutan ini sukses ya makin banyak yang peduli dan ikut serta berdonasi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin!

      Makasih banyak ya mbak dew sudah berkenan mampir dan baca blog akuuu hihi

      Hapus

Halo!

Terima kasih telah membaca blog www.dwiseptia.com. Semoga konten yang ada di blog ini bisa menginspirasi. Doakan saya bisa produksi konten yang lebih baik, ya!
Oh, ya kalau ada rekues konten silakan tulis di kolom komentar, ya! ^^