24/7 Kerja di Depan Laptop? Ini Tips Jaga Mata Biar Nggak Kena Dry Eyes Syndrome
"Ibu, kok matanya merah?"
Khaula menatapku dalam sambil keheranan. Anak pertamaku yang kini berusia 5 tahun itu sering memperhatikan ritme Ibunya di rumah.
Kerja - Ngurus Anak dan Rumah - Kerja
Ritme selama 7 tahun pernikahanku masih sama. Menjadi ibu rumah tangga yang juga bekerja di rumah memang terlihat 'enak' dan tidak repot karena tidak perlu meninggalkan anak-anak kepada pengasuh. Tapi, banyak yang lupa bahwa saat anak melihat orang tuanya, ia bisa menjadi begitu manja dan ingin merasakan belaian lembut ibunya. Meskipun ibunya yang lebih sering ngamuk sih ahaha ~
Ada kalanya aku merasa bebas menyelesaikan task dan to-do-list dari kantor dan juga klien freelance-ku di jam anak-anak sekolah. Tapi kalau boleh jujur, apa yang bisa diharapkan dari 4 jam waktu untuk mengerjakan seabrek pekerjaan yang seringkali membuatku tidak bisa terlelap dengan nyenyak?
Belum lagi, saat anak-sanak pulang lebih awal, libur weekend atau libur panjang. Rasanya sungguh menguras waktu dan emosi.
Bayangkan saja, hari-hari akan dipenuhi dengan
"Ibuuuuuuu, aku mau ini ~"
"Ibuuuuuuu, ini apa namanya?"
"Ibuuuuuuu, ini gimana caranyaa?"
Dan teriakan tentang "Ibuuuuu" lain yang menggemaskan ~
Menemani Masa Golden Age Anak Di Rumah
Sebagai seorang Ibu yang pernah bermimpi untuk bisa menemani tumbuh kembang anak sambil memaksimalkan peran yang terbaik, aku beruntung bisa menjadi seorang freelancer yang cukup membuka laptop dan bekerja dari rumah. Tapi kalau boleh jujur, pekerjaan double job seperti ini tidak direkomendasikan untuk semua orang. Sebab selain butuh fokus, aku sering kehilangan waktu istirahat berhargaku karena terlalu lama menatap layar laptopku.
Tak jarang, saat menemani anak-anak main atau belajar, aku harus menggeser prioritas pekerjaanku yang seringkali lewaat tenggat deadline. Resiko bekerja di rumah memang besar. Apalagi, aku adalah seorang ibu dari 2 anak balita yang masih ada di masa golden age--masa emas yang sangat penting untuk bekal pertumbuhan mereka di masa depan. Kenapa aku bilang resiko? Sebab saat aku tidak bisa selesai tepat waktu dalam men-deliver pekerjaanku atau tidak bisa memberikan hasil yang maksimal atas hasil kerjaku, aku harus siap untuk di cut-off sewaktu-waktu.
Padahal, akupun harus bisa mempertahankan performance pekerjaanku agar dalam ritme yang pas dan hasil yang memuaskan untuk membuat klien stay dan melanjutkan kontrak kerjanya denganku. Kalau nggak sesuai gimana? Ya nggak lanjut wkwkw. Yap. Pahit, tapi inilah kenyataannya. Dan karena hal inilah aku seringkali mengambil waktu istirahatku untuk menyelesaikan rentetan pekerjaan yang butuh untuk segera diselesaikan.
Bekerja Di Jam Anak Tidur Itu Melelahkan
Ah, kamu kan fleksibel waktunya karena kerja di rumah. Itu impian semua orang, loh ~
Alhamdulillah, memang betul pekerjaanku seringkali dicap sebagai salah satu pekerjaan impian banyak orang. Bayangkan saja, disaat banyak ibu pekerja yang harus meninggalkan anaknya, aku justru bisa mengantar-jemput dan menemani anak-anakku 24 jam dikurangi jam sekolah dan TPQ. Masya Allah....
Namun, ada yang luput dari pengetahuan banyak orang tentang Ibu yang bekerja di rumah. Tentang bagaimana ia mengatur waktu dan jungkir balik mencukupkan waktunya agar bisa menjangkau anak-anak dan pekerjaannya dalam waktu 24 jam.
Sederhananya, ibu yang bekerja di rumah itu akan tetap mengutamakan pekerjaan rumah. Akupun sebisa mungkin memenuhi kebutuhan anak-anak dan suami sebelum akhirnya membuka laptop. Akupun harus pandai menata rasa kantuk dan lelahku karena aku harus terjaga justru saat anak-anak tertidur. Karena momen anak tidur itu udah kayak waktu emas buatku ehehe.
Tak jarang, aku menerjang kantuk di malam hingga dini hari demi bisa menyelesaikan pekerjaanku yang masih belum selesai. Di saat anak-anak terlelap, aku meneguk kopi demi bisa menjaga mataku tetap terbuka lebar dan tidak terlena dengan godaan kantuk yang luar biasa.
Kebiasan ini berlangsung menahun, sampai suatu ketika aku merasa mataku terasa kering padahal baru sebentar menghadap laptop. Awalnya kupikir ini cuma karena kurang tidur atau terlalu lama di depan layar. Tapi lama-lama, mataku mulai terasa perih dan berair sendiri. Bahkan, ada momen di mana penglihatanku jadi agak blur. Aku mulai panik. Karena gimana bisa aku tetap produktif dan fokus kerja kalau mataku saja sudah “protes”?
Mata Kering Mulai Mengganggu: Awal Mula Aku Kenal Insto Dry Eyes
Aku bercerita ke suamiku, dan dia menyarankan aku untuk coba Insto Dry Eyes. Suamiku menyayangkan aku yang terlalu keras bekerja di depan laptop bahkan saat anak-anak tidur. Tapi alih-alih marah, ia membelikanku Insto Dry Eyes. Katanya, produk ini memang diformulasikan khusus untuk mengatasi mata kering akibat terlalu lama menatap layar—baik itu laptop, HP, atau bahkan saat menyetir terlalu lama.
Awalnya aku agak ragu, tapi akhirnya aku coba juga. Dan jujur, efeknya langsung terasa. Setelah tetes pertama, mataku terasa lebih segar dan nyaman. Rasa kering dan perih yang biasanya muncul setelah 1–2 jam kerja, sekarang mulai berkurang. Aku jadi bisa kerja lebih tenang tanpa harus terus-terusan pejam buka mata karena nggak nyaman.
Yang aku suka dari Insto Dry Eyes ini:
- Praktis, tinggal tetesin aja tanpa ribet.
- Efeknya cepat terasa, bikin mata langsung lebih lembap.
- Nggak perih atau menyengat pas diteteskan, nyaman banget dipakai bahkan pas mata lagi sensitif.
Insto Dry Eyes New Packaging
Solusi Efektif Atasi Mata Kering Tanpa Harus ke Dokter
Untungnya, aku menemukan solusi praktis yang bisa langsung digunakan di rumah tanpa perlu buru-buru ke dokter—Insto Dry Eyes kini hadir dengan kemasan baru yang lebih fresh dan modern, tapi tetap dengan manfaat yang sama efektifnya.
Sebagai pertolongan pertama untuk mata kering, Insto Dry Eyes jadi cara yang paling realistis dan mudah buat Ibu-ibu seperti aku yang nggak selalu punya waktu ke klinik atau dokter spesialis. Tinggal teteskan saja saat mata mulai terasa sepet, perih, atau lelah—dan dalam beberapa menit, mata terasa jauh lebih nyaman.
Tanda-Tanda Mata Kering yang Perlu Diwaspadai
Sebelum akhirnya memutuskan pakai Insto Dry Eyes, aku sempat mengabaikan gejala-gejala yang muncul. Padahal, sebenarnya tubuh sudah memberi sinyal lewat mata. Gejala mata kering itu ternyata khas banget, dan kalau kamu juga merasakannya, bisa jadi kamu sedang mengalami hal yang sama sepertiku.
Beberapa tanda mata kering yang aku alami antara lain:
-
Mata SEpet, terutama saat baru bangun tidur atau setelah lama menatap layar.
-
Mata PErih, seperti habis kena asap atau debu, padahal nggak ada apa-apa.
-
Mata LElah, meski jam tidur cukup, tapi tetap terasa berat dan nggak fokus.
Kadang, gejala ini datang barengan. Rasanya nggak nyaman banget, dan bikin kerja jadi nggak maksimal.
Setelah rutin pakai, aku jadi lebih aware sama kesehatan mataku. Ternyata, mata yang kering itu bisa jadi tanda tubuh udah kasih sinyal kalau kita terlalu memforsir diri. Dan sebagai ibu yang multitasking antara kerja dan keluarga, aku harus jaga kesehatan diri dulu, biar tetap bisa hadir 100% untuk suami, anak-anak dan kerjaanku.
Jadi buat kamu para pejuang work from home yang juga merangkap jadi Ibu Rumah Tangga seperti aku, jangan abaikan sinyal dari tubuh, terutama mata. Kalau mulai terasa kering, perih, atau nggak nyaman, bisa jadi kamu butuh bantuan kecil seperti Insto Dry Eyes untuk bantu jaga produktivitasmu tetap berjalan. Jaga diri ya, Bu. #MataKeringJanganSepelein karena selain akan mengganggu produktivitasmu, ini jadi awal kerusakan matamu juga. Selalu sedia #InstoDryEyes untuk cegah mata sepet, perih dan lelah, ya!
Karena menjaga mata tetap sehat, juga bagian dari mencintai diri sendiri ❤️
Salam
0 Comments
Halo!
Terima kasih telah membaca blog www.dwiseptia.com. Semoga konten yang ada di blog ini bisa menginspirasi. Doakan saya bisa produksi konten yang lebih baik, ya!
Oh, ya kalau ada rekues konten silakan tulis di kolom komentar, ya! ^^