Nggak seru kalau ngabisin weekend atau libur panjang cuma di rumah. Indonesia terlalu indah untuk dilewatkan begitu saja. Kalau kalian suka mantengin IG-ku, pasti kalian tahu kalau aku tu anaknya kutu loncat banget alias nggak bisa diem. Iya, bawaannya lompat sana lompat sini liburan terus. Kuncinya biar bisa jalan-jalan terus? Ya, nabung! Hehehehe
Indonesia kaya dengan tempat wisata, dari Sabang hingga Merauke menawarkan destinasi wisata yang beragam. Apalagi kini pemerintah melalui Kementerian Pariwisata menggalakkan wisata kuliner dan belanja yang lebih masif. Sudah pasti destinasi wisata di Indonesia akan semakin sempurna di Indonesia. Duuhhhhh #kekepindompet biar nggak kalap jalan-jalan, nih! Hihihi
Ini Dia Daftar Tempat Wisata Indonesia Kekinian yang Masuk Bucket List!
Setiap tahunnya, Indonesia selalu memiliki objek wisata unggulan yang populer dan ramai diperbincangkan. Nah, kalau kalian punya rencana liburan akhir tahun ini, beberapa tempat wisata berikut ini sangat layak kalian kunjungi:
1. Labuan Bajo
Source: Google
Salah satu destinasi wisata terbaik Indonesia Timur yang menarik untuk dikunjungi adalah Labuan Bajo. Pulau dengan suasana alam yang sangat asri dan memesona ini menawarkan pesona wisata bahari dan keindahan alam yang begitu indah.
Air laut yang biru, dataran bukit-bukit yang hijau, dan deretan pulau-pulau kecil tak berpenghuni yang sangat asri. Di tempat ini, kalian dapat menikmati keindahan pulau-pulau menggunakan perahu yang disewakan.
Tarif sewa perahu mulai dari Rp.1,5 juta untuk 5 hingga 15 orang dalam waktu selama satu hari. Kalian bisa menyusuri pulau-pulau indah di tempat ini seperti Pulau Komodo, Pink Beach, Pulau Padar dan sebagainya.
2. Pantai Outune
Source: Google
Tempat wisata di Indonesia ala Timur Tengah yang bisa kalian kunjungi di daerah Timur bernama Pantai Outune. Pantai ini terletak di daerah Oebelo, Amanuban Selatan, kawasan Nusa Tenggara Timur. Hamparan pasir putih membentuk sebuah gurun yang sangat indah bisa kalian saksikan di sini.
Pantai Outune juga memiliki gelombang dengan gulungan ombak sangat unik. Di sepanjang pantai banyak tumbuh pohon kasuari yang usianya sudah mencapai puluhan tahun.
Akses menuju pantai ini terbilang cukup mudah. Jaraknya sekitar 2,5 hingga 3 jam dari Kota Kupang. Pemandangan pantai mirip gurun pasir ini bisa kalian nikmati dengan harga murah. Tiket masuk hanya dibanderol Rp3 ribu rupiah per orang. Tempat wisata pantai ini termasuk kekinian dan cukup instagramable.
3. Raja Ampat
Source: Google
Tempat wisata paling populer di Indonesia yang selalu hits sepanjang tahun salah satunya adalah Raja Ampat. Keindahan alam yang tak tertandingi bisa ditemukan di tempat wisata tersebut.
Wisata Raja Ampat memiliki gugusan pulau kecil sebanyak 1.847 pulau. Tidak hanya pemandangan pulaunya yang indah, tempat wisata ini juga menawarkan festival bahari yang sangat menawan.
Tiket masuk ke kawasan wisata ini Rp.500 ribu hingga Rp. 1 juta, belum termasuk biaya tiket pesawat dan penginapan. Pesona alam paling indah tak terlupakan bisa kalian temukan di tempat wisata ini.
4. Kampung Code
Source: Google
Kampung Code di Jogjakarta masuk dalam daftar wisata Indonesia kekinian paling menarik perhatian. Kampung warna-warni ini memiliki daya tarik tersendiri karena keunikannya. Dibangun atas dasar kepedulian para pegiat lingkungan di sepanjang sungai yang ingin melihat kampung mereka lebih cantik sekaligus bernilai wisata.
Di kampung ini kalian bisa menyaksikan bangunan rumah warna-warni, taman bunga dengan pot dan bunga aneka warna, rute tracking, aneka pohon dan sebagainya.
Pengembangan industri wisata halal saat ini sedikit menggeser popularitas destinasi wisata ke pulau-pulau di luar Jawa seperti daerah Timur dan Pulau Sumatera. Kunjungan wisata yang lebih nyaman dari segi akses, destinasi dan kenyamanan bisa kalian rasakan.
Aduuuhhh ngiler banget kan jadinyaaa. Gasabar deh pengen eksplore lagi pas Khaula sudah besar nanti! Hihihi.... Kalau kamu pengen banget ke mana? :)
"Aku adalah tipe orang yang kalau diajak ke gunung hayuk, di ajak ke pantai juga hayuuuukkkk. Selama itu tentang perjalanan, aku akan bersedia melakukannya dengan senang hati."
Apalagi kalo dibayariiinnnn eeehhh hahahaha
Ya, gimana, ya, anaknya memang se-enggak bisa diem itu. Diajakin jalan dikit, mau. Diajakin jalan bentar mau, diajakin jalan lama juga mau. Pokoknya kalau diajakin jalan aja dah pasti mau. Nggak mikir panjang emang anaknya. Bahkan nggak sekali dua kali malam ini pengen, besok paginya berangkat cuuusss tanpa mikir panjang. Gilaaaaa bener memang hahaha. Gampangan dasar! Hahahaha...
Tapi justru ini mungkin yang membuatku bisa sampai kemana-mana. Mungkin, kalau aku nggak berani nekat di awal saat itu, aku nggak akan kenal sama yang namanya Jakarta, Bogor, Bali, Belitung, Lampung, Banten, bahkan sampai Turki segala. Yaaassssss, kalau dibilang nekat, bisa dibilang aku cewek yang nggak punya udel kalau kata orang Jawa yang artinyaaaaaa nggak punya capek.
Saking seringnya jalan tanpa mikir, banyak yang bilang katanya aku gila. Bahkan, parahnya adalah beberapa menolak ajakan jalanku yang suka kayak tahu bulat alias dadakan seenak jidat. Akunya juga bingung, wong memang ngidam jalannya tiba-tiba ya masa harus ditunda ya, kan? Wkwkwk alibi ae lu, Sep!
Aku nggak ingat betul apa yang melandasi diriku untuk melalang buana dan jadi kayak anak ilang. Yang aku ingat, dulu aku hanya kenal sekolah dan kantor. Pulang sekolah cuma ke kantor buat kerja bahkan di weekend sekalipun. Maklum, anaknya masih introvert dan takut ketemu sama orang asing. Insecurity masih sangat tinggi. Dan bisa dibilang aku nggak punya banyak teman sewaktu sekolah saking jarang bergaulnya.
Hingga tiba di suatu masa, sewaktu liburan semesteran, aku diajak oleh Nico dan Poci anak mapala yang juga temanku sekelas untuk naik gunung merbabu. "Ayo, ikut. Asyik pokoknya." Begitu kurang lebih katanya waktu itu. Karena aku lagi nggak ada tanggungan dan memang penasaran sama rasanya naik gunung, aku mengiyakan ajakan mereka kala itu. Resiko? Duh, nggak mikir sama sekali! Nekat aja udah berangkat gitu hehe jangan ditiru ya yang ini.
Ternyata, meskipun mengalami lelah yang luar biasa ketika mendaki gunung dan kejadian mistis yang menakutkan, aku justru ketagihan untuk naik gunung dan nggak merasa kapok sama sekali. Sampai-sampai, pas pengumuman kelulusan, aku diajak oleh Syahreza, kawan latihan bela diriku untuk ke gunung merapi padahal besoknya pengumuman kelulusan. Dan yaaaa Septi memang gila, bukannya nolak, tapi malah di-iyain gitu aja. Akhirnya, dengan persiapan suffeeerrrr meffeeetttt, kami berangkat keesokan harinya.
Sebuah kiriman dibagikan oleh Dwi Septia (@septsepptt) pada
Sampai di gunung, terjadi lagi tragedi kaki kaku nggak bisa jalan saking karena lelahnya mendaki dan cuaca dingin yang menusuk tulang. Bahkan, aku sempat bilang udahan aja alias nyerah. "Aku tunggu di sini aja, kalian ke puncak aja. Aku nggak kuat." Weh! Udah bilang nggak kuat segala lho, saking beneran kaki nggak bisa gerak.
Sebuah kiriman dibagikan oleh Dwi Septia (@septsepptt) pada
Tapi memang aku salut sama teman-teman naik gunungku karena mereka juga yang membuatku percaya bahwa aku itu nggak papa. Pegelnya bakalan ilang kalau akunya juga bisa ngasih sugesti ke diriku sendiri bahwa aku baik-baik aja. Daaaannnn mereka memang punya prinsip "Puncak itu bonus, inti dari naik gunung adalah kebersamaan dan keselamatan anggota tim." Ah, terharu aku.
Sebuah kiriman dibagikan oleh Dwi Septia (@septsepptt) pada
Singkat cerita, aku akhirnya mengucap mantra bismillahi tawakkaltu alallah, aku harus bisa dan nggak boleh kecewain teman-teman yang sudah membersamai perjuanganku. Alhamdulillah, mantranya bekerja sempurna. Meski harus tertatih dan tergopoh-gopoh, aku bisa sampai ke puncak dengan selamat. Menyaksikan indahnya sunrise di puncak gunung merapi dan memandangi indahnya cakrawala langit pagi itu dengan latar gunung merbabu, gunung ungaran, gunung andong, gunung sindoro dan gunung sumbing. Mau nangis rasanya kalau inget.
Perjalanan-perjalanan tersebut benar-benar membuat seorang Septi jadi gemar naik gunung dan melalang buana untuk menjelajah ke pelosok negeri dan mengenal dunia kerelawanan. Lagi-lagi hanya karena iseng, aku ikut dalam program kelas inspirasi untuk pertama kali. Memang hanya di Semarang, tapi pengalaman ini membuatku jadi kenal semakin banyak orang. Aku menjadi lebih percaya bahwa dunia tidak sekejam bayanganku di masa lalu -- bahwa dunia tidak sekejam omongan tetangga wkwkw.
Dunia yang awalnya kukira sesempit itu, kini terlihat begitu lebar karena semakin sering aku ikut kegiatan, entah mendaki gunung, menikmati ombak di lautan, atau ikut kelas kerelawanan, aku semakin menemukan diriku yang baru. Bukan lagi aku yang introvert, tetapi aku yang senang bergaul, aku yang katanya asyik diajakin nongkrong atau sekadar cerita haha hihi sama siapapun. Dan dunia bagiku kini tidak sesempit rumah dan kantor yang menjadi hari-hariku.
Aku tidak mengira bahwa ikut kegiatan kerelawanan akan seajaib ini. Kupikir aku hanya akan menemukan secuil bahagia, hingga ternyata aku menyadari ada begitu banyak yang kutemukan dalam dunia kecil bernama kelas inspirasi. Aku jadi mengenal Yogyakarta, Blora, Kudus, Surabaya, Semarang dan Klaten lebih dari sekadar kota besar dengan wisatanya yang membahana.
Aku tidak mengira bahwa perjalananku sebagai "anak ilang" berakhir setelah aku mengenal dunia kerelawanan. Aku yang biasanya tidak pernah percaya dengan cinta pada pandangan pertama, kini berubah seketika hanya karena kelas inspirasi. Dulu aku berpikir bahwa kepercayaan dan harapan itu tidak bisa dibangun hanya dengan satu kali dua tatapan saja. Aku harus tahu orang-orang di sekelilingku lebih dalam dari yang orang lain tahu sebelum aku berani mendeklarasikan bahwa aku memercayainya.
Tapi, semuanya berubah begitu saja ketika aku bertemu dengan salah satu teman relawanku dan ia mengenalkanku kepada sahabatnya semasa kuliah. Katanya, "ia beda." Dan aku hanya terkekeh mendengarnya tanpa berekspektasi apapun. Mungkin bak beli kucing dalam karung jatuh cinta pada pandangan pertama itu, semacam menjebak diri sendiri karena sok tahu bahwa dia yang terbaik. Tapi ternyata, tidak demikian adanya.
Sejak pertemuan malam itu, aku melihatnya dan mendengar suaranya untuk pertama kali secara langsung, tidak dari mulut temanku. Menariknya, aku tertarik hahahaha memang sepertinya aku dilarang sombong sampai hatiku dibolak-balikkan begitu saja seketika, pada malam itu. Ada harapan yang melambung dan harapan itu justru ingin mengajaknya berjalan beriringan bersamaku. Aiihhhhhhh
Nggak, aku nggak genit. Aku justru ingin menertawakan diriku sendiri ketika aku terlalu bersahabat dengan stasiun, bandara, dan terminal kala itu tiba-tiba menjadi ingin berhenti begitu saja. Bukan untuk berhenti berjalan, tetapi ingin dibersamai bersamanya melakukan perjalanan bersama.
Menarik. Kupikir takdir hanya akan mempertemukan kami sementara, namun ternyata tidak begitu adanya. Kami justru terikat dalam satu janji untuk selamanya. Untuk tidak memimpin dan tidak dipimpin, melainkan untuk berjalan bersama beriringan berdua. Sejak saat itulah, perjalananku menjadi semakin berwarna.
Aku tak lagi kenal dengan yang namanya jalan sendirian bak mbak-mbak hilang arah yang membawa kamera dan backpack-nya sendirian, tergopoh-gopoh di stasiun karena membawa terlalu banyak barang atau justru lemah dan tetap berusaha kuat karena terlalu lelah berdesakan dengan penumpang kereta lain yang berlomba-lomba ingin segera meletakkan barangnya. Bahkan tak jarang, aku tertidur di sudut stasiun karena tak ada teman bercakap di saat begitu banyak yang berjalan bersama tandemnya sedangkan aku hanya sendirian saja.
Ternyata, Tuhan mengejutkanku dengan kehadirannya. Kini perjalananku terasa begitu lengkap karenanya yang selalu ada dan bersedia membersamai langkahku yang kadang gontai dan tak tahu arah. Karenanya aku tak lagi merasa iri sebab penumpang di sebelahku bisa bersandar di bahu pasangannya. Pun tak perlu merasa kewalahan membawa banyak barang karenanya yang selalu siap membantuku membawakan backpack-ku dan menggandengku agar aku tak merasa sendirian lagi.
Kini, aku punya teman perjalanan sepanjang masa yang dengan hadirnya, aku berani mendeklarasikan kepada dunia bahwa aku tak takut untuk kemanapun. Asalkan bersamanya, perjalananku akan terasa berharga dan sempurna.
Tidak ada seribu langkah yang dimulai dari satu langkah
Sedari awal kebersamaan kami, mas sudah sadar betul bahwa aku anaknya memang nggak bisa diam di rumah. Aku terbiasa berjalan dan oleh sebab itu, ia bersedia berjalan mendampingi, dan ia menjadi pengingat terbaik ketika aku lepas kendali. Dan kami memulai perjalanan kami dari satu tempat ke tempat lain dengan teramat sangat menyenangkan. Bali, Majalengka, Cirebon, Nusa Penida, Surabaya, Yogyakarta, Bandung, Pati, Jepara dan Kudus pastinya. Dari yang hanya satu langkah berubah menjadi berkilometer jauhnya.
Kami pernah mendaki gunung bersama, menyusuri semak-semak untuk bisa menikmati debur ombak, hingga mendaki dengan medan yang sederhana untuk bisa sekadar melihat air terjun yang seolah turun dari langit di pagi itu. Kami punya banyak kenangan dan akan menciptakan kenangan manis lainnya. Sebab, kami langkah kami hari inilah yang akan membentuk kami di masa depan agar menjadi lebih baik sebab kami telah berdamai dengan alam tentu saja.
Kalau kalian mengira bahwa melakukan perjalananan berdua adalah soal asyik-asyikan aja, kalian salah! Ada begitu banyak yang rumpang, yang mendadak harus disesuaikan karena tidak lagi bisa sembarangan memutuskan. Ini soal biaya, ini soal dana perjalanan yang tiba-tiba membengkak.
Kalau aku biasanya setiap kali melakukan perjalanan menjadi sok kenal dengan teman-teman relawan agar bisa menginap kapan saja dan gratis, kini semua itu tidak bisa terjadi lagi fergusoooo. Aku harus menghitung dana menginap karena aku tidak lagi sendiri, melainkan sudah berdua. Sebagai pasangan yang baik, aku harus memastikan bahwa kebutuhan travelling kami berdua aman dan terkendali. Dan hotel, yang semula tidak pernah terpikirkan untuk dipesan, kini jadi hal utama sebelum kami sampai ke kota tujuan.
Nggak munafik, nggak mau sok-sokan kaya dan bilang aku nginep di hotel bintang lima karena memang kenyataannya aku nggak seperti itu. Tapi aku cukup bangga karena menemukan hotel sederhana dengan fasilitas yang nggak kalah untuk disandingkan dengan hotel mewah yang fasilitasnya wah!
Pertama kali nyobain RedDoorz sama mas itu sewaktu kami ada di Yogyakarta. Dan sama sekali nggak bayangin kalau hotel dengan harga cuma 99ribu punya fasilitas sekeren itu. Bayangin dong, linennya bersih paraaaahhhh, kamar mandinya pun bersiihh, perlengkapan mandi rapi dan lengkap ada tasnya lucu gituuuu, ada TVnya seperti kamar hotel pada umumnya, disediakan air mineral dan kecenya lagi Wi-Finya kenceeeeenggggg. Yhaaaa sebagai anak milenial zaman sekarang kami begitu merasa diistimewakan karena menginap di RedDoorz.
Karena kebutuhan kami menginap adalah untuk istirahat dari lelahnya melakukan perjalanan, maka bisa kami bilang RedDoorz adalah pilihan yang tepat bagi kami. Apalagi dari semasa jalan sendirian aku ini anaknya low budget banget alias teramat sangat perhitungan sampai detail terkecil. Kalau RedDoorz berani kasih harga murah dan fasilitah mewah, kenapa harus mikir buat nginep di sini? Iya, nggak?
Beberapa kali menginap di RedDoorz, akhirnya aku menemukan cara yang cukup super untuk memilih kamar RedDoorz yang bagus dan nyaman untuk menginap. Sederhana, tapi kamu bisa juga cobain caranya berikut ini!
Gampang banget, kan? Cara ini ampuh untuk mengatasi tipe-tipe pejalan yang suka pulang mepet-mepet waktu kayak aku. Yang mageeeerrrr banget buat nunggu di stasiun, bandara dan terminal lama-lama dan lebih suka eksplorasi alam lebih lama dan baru pulang mepet-mepet, tetapi langsung dapat tempat duduk alias nggak nunggu di waiting room. Meski hal ini beresiko besar, tapi aku yakin teman-teman nggak mau kehilangan waktu semasa jalan-jalan, kan? Hayooo ngaku aja!!
Dulu awal mula menginap di RedDoorz nggak kebayang kalau hotel di RedDoorz bakalan ngasih cashback berupa RedCash. Apa itu RedCash? Jadi, setiap kali menginap di RedDoorz, kita akan dapat cashback berupa saldo deposit di akun kita yang bisa dipakai untuk menginap selanjutnya. Jadi lebih muraaaaahhhh alias nggak perlu khawatir bakalan bengkak budgetnya! Hahahaha dasar perhitungan!
Belum lagi nih, RedDoorz punya DISKON GEDE-GEDEAN yang bisa didapatkan setiap minggunya. Bahkan, untuk yang baru daftar, RedDoorz langsung kasih Rp.100.000,- dan menyenangkannya lagi, kita bisa pakai kode promo NEW20 untuk dapat 20% OFF yang bisa dipakai untuk pemesanan hotel pertama. Gilaaaakkk nggak tuuhhhh?! Jangan khawatir, promonya bukan cuma itu, kita masih bisa main SPIN and WIN dan dapat EARLY BOOKING OFFER lainnya kayak dapetin diskon 25% OFF setiap hari Selasa. Uuuuuuhhh ngiler nggak loh!
Thanks to RedDoorz karena bisa membuatku seakan menjadi Sultan yang kaya raya dan nggak takut keabisan duit wkwkwk. Tiap kali ketahuan jalan sama teman-teman, mereka selalu bilang "Gilaaa ini anak duitnya nggak ada serinya.." "Ini bocah jalan mulu duitnya nggak abis-abis kayaknya..." Dan aku cuma bisa mengaminkan dan meng-wkwkwk-an aja. Mereka nggak tahu aja kan kalau aku ketolong banget sama adanya RedDoorz yang nawarin begitu banyak promo menarik dengan fasilitas yang juga waaah banget.
Jadi sekarang tahu kan rahasia Septi bisa jalan-jalan melalang ke satu kota ke kota lain seolah-olah banyak duit? Nginepnya di RedDoorz shay! Cukup buat istirahat berduaan sama mas dan kalau mau sama teman malah bisa bagi 2. Pilih yang 99ribu, terus dibagi 2! Hahaha seorang cuma bayar 49.5ribu ajaaaa alias 50ribu aja sisaaaaaaaa. Masa iya sih masih perhitungan buat bayar hotel segini murahnya? Keterlaluan itu mah wkwkwk.
Udah, buruan download aplikasinya sekarang, deh! Sudah ada di Android dan iOS, kok! Kalau males download ya buka aja di www.reddoorz.com. Tapi yakin deh kalian bakalan nyesel karena banyak promo yang bisa didapet di aplikasi smartphone daripada di websitenya hihi. Aku aja awalnya mals download, tapi gara-gara banyak promo, akhirnya ngiler juga wkwkwk.
Udah, daripada kalian masih nggak percaya, gih download aplikasi RedDoorz dan rasakan sendiri rasanya jadi Sultan yang bisa jalan-jalan loncat sana loncat sini tanpa takut duitnya abis gitu aja :)
Berkat RedDoorz, kini impian bisa jalan-jalan keliling Indonesia sama suami bukan lagi mimpi karena sama mas aku bisa kemana saja dengan budget yang bisa ditekan karena menginap di RedDoorz. Travelling dengan budget bengkak? Nggak lagi-lagi, deh karena RedDoorz adalah pilihan yang tepat untuk teman-teman yang ingin keliling Indonesia, tapi khawatir dengan budget menginap yang membengkak.
Sekarang, aku bisa mewujudkan list jalan-jalan impian yang sudah kusimpan sejak sekian lama dan ingin kuwujudkan bersama suamiku! :)
Sekarang, aku dan mas menyatakan siap untuk keliling Indonesia untuk melakukan eksplorasi lebih luas sampai ke pelosok negeri bersama RedDoorz. Doakan terwujud, ya!! :)
Salam,
"Seems impossible when you can't swimming, but you can snorkeling"
Emang sih, kalau dipikir-pikir punya mimpi bisa keliling Indonesia dan menikmati wisata bawah lautnya dengan snorkeling itu agak impossible kalau akunya aja nggak berani renang. Hahahaha. Yakali mau nyemplung laut, tapi sama kolam renang aja nggak berani XD. Dasar, Septi emang! Wakakaka..
Beberapa kali diajakin ke tempat snorkeling dari di kolam buatan Umbul Ponggok sampai ke Belitung yang bagus banget terumbu karangnya dan berujung kecewa karena nggak berani nyelem karena takut kelelep. Aah!!! Belitung emang nggelokke banget sih. Sedih kalau inget waktu ke Belitung nggak berani nyemplung karena takut kehanyut sama air laut.
Tapi kemarin selama 2 hari aku seneng bangeeeeettttttttttttttttt karena akhirnya aku bisa snorkeling dengan tenang dan puas di Pahawang, Bandar Lampung, Lampung, Indonesia. Buset, lengkap amat yak! Hihihihi...
Yes, jadi ceritanya kemarin aku diajakin sama kakak kelas untuk snorkeling di Pahawang Islandbareng-bareng sama komunitas backpacker sharecost Indonesia. Sesuai dengan namanya, ini adalah sharecost di mana segala biaya akan ditanggung bersama dari yang mahal sampai murah biar jatuhnya tetap murah dan semuanya senang.
Drama di Bus dan Pelabuhan Karena Sopir Bus
Karena ini perjalanan backpacker yang berarti murah, jadi ruteku dari Semarang adalah rute patah-patah. Mulai dari Semarang ke Bekasi, lalu Bekasi ke Cilegon dan Cilegon ke Bakauheni. Dan taraaaa perjalanan mulai drama ketika Aku, Mba Arimbi, Kak Dimaz, Kak Marina dan Mas Ardyan naik bus dari terminal Bekasi ke Pelabuhan Merak.
Mba Bimbi - Septi - Kak Ina
Kami berangkat menjelang pukul 21.00 WIB dan estimasi sampai harusnya pukul 23.40 an. Badala!!! Sopir bus kelamaan keluar masuk tol dan banyak janji palsu sama penumpang. Banyak banget alibinya. Padahal jalanan juga nggak macet dan dia nyetir lamaaaaaa banget. Tapi sampai pagi kami berlima tak jua sampai hahahah. Di bus, Mba Bimbi sudah naik darah, Kak Marina sudah protes dan nothing happens. Percuma. Busnya masih keluar masuk tol dan parahnya kami hampir ditinggal rombongan. Huh!
Akhirnya, menjelang pukul 1 dini hari kami memutuskan turun dan pesan mobil online untuk mengantar kami berlima ke pelabuhan. Beruntungnya, sopirnya baik dan mau mengantar kami berlima dengan mobil yang sebenarnya cukup kecil untuk membuat kami berlima masuk dengan berdesakan.
Akhirnya, Lampung di Depan Mata
Setelah 30 menit kami menempuh perjalanan, akhrinya kami sampai ke pelabuhan dan bertemu dengan rombongan backpacker lain. Dan ternyata, selama perjalanan ada ketegangan diantara teman-teman yang berakhir dengan menunggu kami, 5 orang yang terlambat karena sebab bus yang lambat.
Perjalananku bersama 15 orang lain akhirnya dimulai dengan naik kapal feri menuju Pelabuhan Bakauheni, Lampung. Beberapa tidur, sedangkan aku yang selalu jatuh cinta dengan dunia luar memilih untuk pergi ke luar dan melihat betapa indahnya perpaduan antara bintang malam dan gemerlap lampu penerang Pelabuhan dari kejauhan. Sempurna!
Setelah menempuh perjalanan tiga jam lamanya, kami akhirnya sampai di Lampung tepat saat subuh tiba. Kemudian kami diangkut oleh semacam mobil tentara untuk menuju ke Pelabuhan Ketapang, Lampung. Perjalanan kami cukup melelahkan. Apalagi, di mobil kami duduk ber-16 orang dengan posisi yang sangat berdesakan. Kami menyatu dengan tas dan kaki kami tertindih satu sama lain. Luar biasa pokoknya!
Setelah sekitar hampir tiga jam, kami sampai di Pelabuhan Ketapang. Whoaaa can't wait to snorkle! Nggak sabar banget rasanya buat naik perahu, nyampe di Pahawang Island dan liat ikan-ikan di laut. Sebelum akhirnya nyebur, aku dan teman-teman backpacker meletakkan tas kami di pendopo homestay di Pahawang Island. Dan setelah semuanya siap, get ready to say hi to the sea! Ahhhh so lovely!
Pertama Kalinya Bisa Snorkeling, Lihat Ikan Nemo dan Dori Secara Langsung di Habitatnya
Kesan pertama memang selalu menyenangkan untuk dikenang. Dan ini adalah kali pertamanya aku bisa snorkeling ala-ala seperti teman-teman. Huaaaaaa feeling so happy akhirnya bisa snorkeling di tengah laut sama teman-teman Backpacker Sharecost Indonesia. Akhirnyaaaa bisa banget nih ngerasain rasanya snorkeling setelah gagal di umbul ponggok dan Belitung yang punya karang ciamik.
Awalnya, aku dibantu oleh beberapa teman backpacker untuk tetap stay "ngambang" di atas laut dengan tenang dan nggak panik. Setelah beberapa kali percobaan, I did it! Yes, I finally did it nyemplung di tengah laut sendiri tanpa bantuan siapapun dan berani berenang ke sana ke mari untuk menemukan surga di bawah laut.
Dan nemooo akhirnya aku menemukanmu di habitatmu, Nak! Akhirnya, nak akhirnya! Ikan badut berwarna oranye yang lucu itu berenang diantara terumbu-terumbu karang. Seneeeeeng dan amaze banget Masya Allah ketika lihat nemo pertama kali. Dan nggak ketinggalan ada ikan dori yang warnanya super duper biru cantiiikk banget juga ikutan renang di dalam laut. Ya Allah mau aku bawa pulang rasanya!
Jatuh Cinta dengan Kelagian Lunik, Satu Pulau di Lampung yang Indahnya Bukan Main
K E L A G I A N - L U N I K
Namanya lucu, ya. Sebelum sampai ke Pahawang, sempat nanya-nanya ke beberapa teman yang pernah ke sana. Salah satunya adalah nanya ke Kak Fina, teman kantor di Jakarta dulu. Kata dia, jangan sampai ke Pahawang dan nggak mampir ke Kelagian Lunik. "Itu bagus banget, dek," katanya.
Dan beneran aja ada satu pulau yang kalau dari jauh bikin nggak sabar buat cepat sampai dan kalau udah deket rasanya bikin berdecak kagum dan nggak mau pulang. Awwww ini Masya Allah banget, sih! Beneran cantik, secantik statement-statement yang aku terima dari teman-teman traveler lain. Nggak nyesel banget deh bisa sampai ke sini sama teman-teman backpacker lain yang notabene-nya aku nggak kenal sama mereka satu persatu.
Jadi, kelagian lunik ini adalah satu pulau yang memiliki pasir putih timbul dikelilingi gradasi warna air laut yang indah banget. Perpaduan antara putih, hijau tosca dan birunya laut menyatu dengan sempurna. Ditambah lagi background bukit dari kejauhan yang menambah kesempurnaan perjalanan kali ini. Perfecto dah pokoknya.
Dan anak gunung akhirnya jatuh cinta sama dunia laut yang awalnya dianggap serem. Hahahaha! FYI, jadi aku ini takut snorkeling bukan sekadar karena nggak bisa renang, tapi juga karena takut sama gerakan terumbu karang yang kluget-kluget di bawah laut. Jijik gitu hehehe. Tapi setelah menemukan nemo, dori dan ikan-ikan lain yang habitatnya cuma di laut, kok ya nagih gitu ya hehehe.
Rasa-rasanya jadi pengen banget ke Belitung lagi atau pindah destinasi ke Indonesia Timur yang punya pesona alam yang katanya emang dunianya para penyelam. Someday, Insya Allah. Doakan ya, teman-teman! Aamiin!
Sekian cerita anak gunung yang nyasar di pantai dalam rubrik aku dan hobiku, tema dari mba Ika Puspita dan mba Arina Mabruroh. Tau aja nih aku hobi traveling dan ngasih tema ini (((GR ndisit ora opo opo kan, mba?))) Hahahaha. Jangan lupa main-main ke blog mereka juga ya manteman, ada banyak ilmu dan cerita di sana yang bisa teman-teman petik, lho. Ngajakin mereka jalan juga bisa banget! Karena mereka ini emak-emak gaul yang nggak kalau gaulnya sama anak sekarang kayak aku gini *oposih wkwkwk.
Dan yang paling menyenangkan dalam setiap perjalanan adalah kesempatan untuk dapat teman teman dan pengalaman baru yang tidak tergantikan. Bertemu dengan orang-orang dari karakter yang berbeda, jadi bisa belajar satu sama lain untuk sabar, untuk tidak meninggikan ego pribadi saat sedang bersama sekelompok orang.
Aaaahh aku belajar banyak dari perjalanan kali ini pokoknya!
Dah, intinya nantikan cerita perjalanan Septi si bolang yang hobinya jalan-jalan murah sama teman-teman backpacker atau traveler yang kadang ketemunya di jalan kaya tahu bulat, dadakan. Nggak apa-apa dadakan yang penting nggak dijanjiin jalan terus dibatalin tiba-tiba aja wakakka.
Salam backpacker!
Bagiku, mendaki adalah proses penemuan jati diri.
Tentang siapa kita, seperti apa diri kita dan bagaimana kita jika tengah menjalani sesuatu
- Dwi Septia
Septi - Reza - Anggit
Sudah lama aku tidak melakukan perjalanan yang panjang. Barangkali kalian melihatku melakukan perjalanan, itu hanya kusebut sebagai persinggahan karena di dalamnya aku hanya tahu tempat yang akan dan harus aku tuju, tetapi jarang sekali memikirkan bekal di perjalanan untuk menghadapi setiap kemungkinan-kemungkinan yang mungkin akan datang. Dan kali ini, aku akan menceritakann tentang pendakianku di Gunung Andong, Ngablak, Magelang, Jawa Tengah.
Perjalananku kali ini sama dengan perjalanan-perjalananku yang sebelumnya. Tidak ada rencana matang, pun persiapan pendakian yang mumpuni. Bahkan, perjalanan kali ini hanya berawal dari percakapan di DM Instagram dengan seorang adik kelas, Anggit Indra yang bahkan aku bertatap muka secara langsung saja belum pernah. Dari membahas tentang tempat kerja, hingga berujung pada pertanyaan "kamu kapan lagi muncak, le?" kepadanya.
Entah memang dia anak gunung atau gabut aku juga kurang paham XD yang jelas kami memutuskan malam itu, Rabu (29/6/17) sekitar pukul 11 malam untuk membuat kesepakatan esok hari. Dan esoknya, Kamis (30/6/17) pukul 07.32 WIB aku langsung kirim pesan WA ke Anggit, "nang, nanti gas yaah..." dan jawabannya jelas "Okey, mba siap gas tapi prepare seadanya yaa.." Hahahaha kayak nggak ada beban ya jawabnya? Iyak... Ini yang bikin aku suka bergaul sama teman-teman yang fleksibel.
Preparation memang penting, tapi sebaik-baik prepare itu ya prepare mental untuk menghadapi apapun yang terjadi dalam perjalanan.
Pesan Dadakan dari Syahreza yang Membuatku Begitu Bahagia
Ajakan dadakan itu tidak berujung padaku untuk langsung menyiapkan apa yang sekiranya akan aku butuhkan untuk menemani bekal perjalananku. Sepagi itu aku masih harus menyelesaikan laporan-laporanku, aku masih harus nge-gym dan sepulang dari olahraga kecil-kecilan aku masih pergi dengan teman dekatku, Dewi Rosdiana untuk berfoto box sebelum ada sesuatu yang mungkin kelak di masa yang akan datang membuat kami berdua 'berjarak'.
Yes, cukup menyita waktu. Sedari pukul 6 pagi sebelum aku mengirim pesan ke Anggit hingga pukul setengah dua siang aku masih 'ngider' menclok sana sini hahahaha. Hingga ada pesan WA dari temanku yang sudah 3 tahun tak bersua setelah dia menikah, Syahreza Qurania Putri.
"Sep, Prau yok.. Kangen halan-halan..."
Aku seketika yang tengah berada di jalan bersama Dewi seketika melakukan panggilan telepon ke Reza, sapaan akrabnya.
"Za, aku sore ini ke Andong. Kamu belum pernah kan? Ikut yok, bada ashar ini berangkat..."
Andong itu apa? Di mana? Oke aku prepare, yaaa.
"Gunung Andong, za di Magelang tempatnya nggak sejauh kalau ke Prau.. Aku tunggu di rumah yaa masih inget kann?"
"Inget, sep. Oke nanti aku biar diantar ayah ke rumahmu. Tunggu yaa..."
Sesingkat itu perencanaan perjalananan kami. Dan aku bahagianya bukan main mendapati temanku yang juga mengenalkan Gunung Merapi dan Sindoro kepadaku itu meneleponu dan mengajakku melakukan perjalanan bersama lagai. Huwaaaa bahagia yang tidak bisa dideskripsikan pokoknya, deh. Lebih menyenangkan dari sekadar dapat THR. Aku langsung mengabari Anggit dan akhirnya kami memutuskan untuk melakukan perjalanan bertiga.
Perjalanan dengan Persiapan Seadanya
Tidak banyak yang kami bawa, hanya satu set pakaian ganti untuk pulang, alat mandi dan tentu saja jas hujan kalau-kalau nanti hujan. Senter pun Reza nggak kepikiran untuk bawa hahaha parah emang perjalanan kali ini. Dan juga, kami tidak membawa tenda, matras, SB atau semacam-semacamnya. Kami menyewa matras dan SB di basecamp, tanpa tenda. Rencana kami naik dan sampai puncak bikin kopi, lalu turun ke basecamp dan pulang.
Selama perjalanan, kami membeli bekal logistik seperti air dan jajanan untuk dimakan di puncak. Yes, kami tidak membawa bekal apapun untuk kami bawa. Untung ada minimarket yaa, penyelamat untuk kami-kami yang malas prepare daari rumah ini hahah. Dengan bekal 3 liter air mineral, roti tawar dan kacang-kacangan kami mulai packing tas kami sebelum melanjutkan ke basecamp.
Sampai di basecamp sekitar pukul 9 malam, kami bercerita sampai hampir pagi, tidur sebentar dan memulai perjalanan pukul 2.30 pagi. Estimasi perjalanan kami paling lama 3 jam sudah dengan istirahat karena memang Andong terkenal pendek. Dulu aku juga pernah dan memang tergolong dekat, hanya butuh waktu 3 jam sudah dengan istirahat yang sangat-sangat cukup.
Mencoba Jalur Baru yang Berujung Salah Jalur
Kebetulan aku dan Anggit sudah sama-sama pernah naik ke Andong meski lewat jalur yang berbeda. Dan kali ini, kami dibawa oleh seorang anggota kampung ke basecamp dengan jalur Gogik, jalur baru bagi kami. Sambil membawa peta sebelum berangkat, kami, aku terutama mencoba membaca namun ternyata gagal. Kami memilih jalur yang kami anggap jalur memutar di awal.
Butuh waktu hampir 4 jam untuk kami sampai di puncak. Ini karena jalur yang kami tempuh 'salah', terjal untuk ukuran Gunung Andong yang kami anggap cukup landai. Belum lagi, baru naik sekitar setengah jam, perutku sakit bukan main karena memang sudah masuk tanggal si merah. Tiba-tiba saja merasa pusing dan kandung kemih rasanya sakit sekali. Kami berhenti beberapa kali sampai akhirnya ada pertanyaan "yakin mau lanjut? masih kuat? mumpung masih dekat, kita bisa lho balik ke basecamp..." kata teman-temanku.
Aku merasa malu karena mereka harus melihat ini, tetapi bagaimana lagi perut memang tidak bisa dikondisikan. Akhirnya aku meminta waktu tenggang untuk beristirahat lebih lama dan bernapas lebih panjang sambil menatapi taburan bintang di langit malam yang begitu indah. Andai aku memiliki alat yang bisa menangkap keindahan malam itu. Tuhan memang sempurna, menciptakan mata yang bisa menangkap indahnya warna yang tidak bisa ditangkap dengan kamera seadanya.
Aku beberapa kali mengeluhkan perutku yang tak kunjung membaik. Sampai akhirnya Reza memberiku minyak kayu putih. Dengan sedikit tersengal, kami melanjutkan perjalanan pelan tapi pasti. Satu jam berlalu dan perut masih dengan sakit yang tertahan, tetapi aku tetap tidak mau menyerah. Bagiku, terlalu egois jika aku menyerah dan membuat teman-temanku kecewa karena batal untuk sampai ke puncak. Bukankah ini perjalanan bersama?
Semuanya mulai membaik setelah aku merasakan mual dan ingin muntah. Aku pada akhirnya muntah. Untuk kali keduanya aku muntah di gunung setelah di Gunung Ungaran yang membuat aku trauma. Lega sekali rasanya setelah muntah. Meski masih lambat, aku bisa melanjutkan perjalananku, perlahan tapi pasti. Anggit membantuku membawa tas, super dia bawa tas depan belakang hahaha dan akuuu tanpa tas karena dibilang lambat sama dia. Jahat emang XD
Kami sholat subuh di pendopo yang kami temukan. Ada yang aneh selama perjalanan kami menuju puncak. Tidak ada rombongan lain yang lewat bersama kami. Sepertinya kami salah jalur hahaha. Sampai akhirnya kami menemukan 1 rombonga lain, kami merasa lega, tetapi sungguh sepertinya kami salah baca jalur dan salah baca peta hahahahha. Yang benar saja sedari tadi kami bersama rombongan lain di basecamp kami hanya naik tanpa tersalip oleh rombongan lain XD Ini konyol sih, pantas saja rasanya ada yang aneh dengan medannya yang super terjal. Lawong ternyata kami ini salah jalur kok wkwkwkw.
Merah Putih Berkibar di Puncak Gunung Andong
Semangat kami hampir hilang ketika puncak tak kunjung kami raih. Reza mulai merangkak karena lututnya mulai pegal. Aku mulai tersengal-sengal lagi. Yang paling cool kali ini cuma Anggit hahaha yaiyalah dia cowok. Eh nggak juga, Reza juga juara bisa anteng dan jalan terus meskipun sempat beberapa kali berteriak untuk minta didorong dari belakang hahah. Lutut-lutut lemah!!!XD 2 tahun adalah waktu yang cukup lama bagi aku dan Reza untuk beradaptasi lagi dengan jalur gunung.
Aku sejenak menatap ke belakang dan melihat matahari yang mulai menampakkan warna emasnya. Kammi memutuskan beristirahat sejenak. Lalu ada banyak pikiran yang berkecamuk dalam diriku tentang perjalanan kali ini:
Bagaimana bila tadi aku menyerah? Apakah aku bisa melihat ciptaan-Nya seindah ini?
Bagaimana perasaan teman-temanku bila sampai aku memutuskan untuk kembali?
Apakah hakikat perjalanan hanya tentang menuju puncak? Nyatanya tidak demikian. Perjalanan adalah tentang komitmen kepada diri sendiri untuk menyelesaikan apa yang telah aku mulai.
Pada akhirnya aku menyadari bahwa dukungan dari orang-orang di sekitarku itulah yang penting. Mereka lah yang berjasa atas segala pencapaian dalam hidupku. Tanpa mereka, aku tidak akan pernah sampai ke tujuan. Lalu, mengapa aku masih saja sombong?
Perjalanan selalu membuatku tahu siapa saja yang mau berjuang dan berjalan beriringan bersama atau justru meninggalkanku yang mulai kehilangan semangat dan mulai terlihat lemah.
Yaa, perjalanan kali ini membuatku sadar bahwa ada begitu banyak hal yang harus aku tanyakan kembali ke pada diriku sendiri terutama tentang "ini perjalanan bersama, jangan egois. jangan berhenti hanya karena aku lelah atau tidak kuat. coba lihat teman-temanmu yang berusaha membantu agar aku tetap bisa sampai ke puncak, bersama-sama.." Aku menyebutnya komitmen terhadap diri sendiri. Komitmen yang sedari awal aku camkan untuk tidak memutuskan sepihak tentang perjalanan kali ini.
Akhirnya, kami meraih puncak. tanpa basa basi kami langsung menggelar matras, meletakkan barang bawaan dan segera Anggit memasak air untuk membuat kopi. Alhamdulillah, lega sekali bisa menikmati udara segar di atas puncak. Ada cerita lucu dalam setiap perjalanan kami kali ini. Reza, satu-satunya dari kami yang telah menikah ini berkali-kali mengecek smartphone-nya untuk melihat apakah ada sinyal atau tidak. Hal ini ia lakukan karena ini harus selalu memberikan kabar kepada suaminya bahwa "everything went well".
Untung saja dia pakai XL, jadi sinyal sampai di kaki gunung masih lancar. Kebetulan pada hari itu suaminya yang tengah berada di rumah Bandung tengah berulang tahun. Jadi, ia berusaha semampunya untuk memberikan momen terbaiknya mengucapkan selamat ulang tahun kepada suami tersayangnya dengan selembar kertas yang diabadikan dengan foto dan video. Jomblo yang tabah ya kalau baca ini hahaha XD
Oh ya, FYI, di Gunung Andong untuk beberapa provider, XL terutama sinyalnya kuat. Jadi, kalau memang mau kasih kabar tentang keadaan kita ke suami, istri atau orang tersayang bisa-bisa saja. Jomblo? yaaaa liatin pemandangan aja yaa daripada lihat notif smartphone jadi tambah sedih hahahaha.
Rok Bukan Jadi Penghalang Untuk Bisa Sampai ke Puncak
Oh ya, kali-kali teman-teman penasaran, kami, aku dan Reza pakai rok selama mendaki. Kami berdua memutuskan untuk tetap memakai rok dan jilbab lebar selama perjalanan. Apa itu mennyulitkan kami? Alhamdulillah tidak karena Allah memudahkan perjalanan kami. Dulu, waktu aku mendaki memakai celana dan melihat mba-mba pakai jilbab syari aku sempat membatin bahwa itu adalah perjalanan yang sulit. Namun, aku paham mengapa mereka melakukan itu pada saat itu. Mereka belajar untuk taat, tentu saja.
Setelah mengalaminya langsung pun, aku paham bahwa ternyata yang mneyulitkan proses hijrah itu adalah lingkungan kita, stigma-stigma negatif yang kadang melemahkan dan membuat kita ingin menyerah. Terima kasih Reza yang menjadi partnerku pakai rok selama perjalanan. Terima kasih Anggit yang mau menemani mbak-mbak ini sampai ke puncak dengan segala kerempongannya ini, aku terutama. Terima kasih karena kalian aku bisa menemukan kembali untuk apa seharusnya aku melakukan perjalanan.
Salam,
Dwi Septia - Ngomongin tentang sahabat, pasti hampir semuanya memiliki sahabat. Mungkin, beberapa menyebutnya bukan sebagai sahabat, melainkan teman dekat yang dijadikan prioritas dalam hidupnya. Sedari dulu, aku bahkan tidak pernah menyebut bahwa diriku memiliki sahabat karena aku tidak tahu apa definisi dari sahabat itu sendiri. Tapi, memang tidak bisa dipungkiri bahwa sejatinya manusia itu tidak dapat hidup sendiri. Mustahil rasanya kalau benar-benar manusia merasa dirinya bisa sendirian karena sejatinya memang kita terlahir sebagai makhluk sosial.
Seiring dengan berjalannya waktu, aku mulai menemukan kenyamanan bergaul dengan beberapa orang yang bisa disebut sebagai sahabat, mmm aku lebih suka menyebut mereka teman dekatku. Teman yang bisa diajak untuk berbagi tentang cerita hidup. Menyenangkan maupun menyedihkan, apapun itu, mereka bisa mencoba mengerti dan memberikan tanggapan dari perspektif mereka. Dan ini adalah 3 hal yang membuatku selalu rindu ingin bertemu dengan teman-teman tersayangku:
Turun ke Jalanan Sembari Membahas Masa Depan Sama Ngucing di Baiturahman
Jadi, aku punya kebiasaan turun ke jalanan untuk sekadar bagi-bagi teh hangat atau nasi bungkus. Dan melalui kegiatan ini aku menemukan teman baru dari jurusan lain yang juga memiliki passion yang sama. Deddy namanya. Dia adalah teman satu angkatan SMK jurusan Teknik Mesin, sedangkan aku berasal dari jurusan Teknik Komputer dan Jaringan. Tidak pernah tahu dia sebelumnya karena kelas kami memang terpisah.
Aku lupa bagaimana kronologisnya, yang aku ingat karena kami suka turun ke jalanan, lalu kami memutuskan untuk rutin turun ke jalanan bersama-sama. Aku dengan Nia, teman terdekatku di kelas dan Deddy dengan Agus, teman dekatnya di kelas juga. Kami berempat mulai sering turun ke jalanan, lalu pulangnya melipir ke kucingan depan Masjid Baiturahman di kawasan Simpang Lima Semarang.
Biasanya kami turun ke jalanan sore gan pulang hingga larut malam. Sekitar pukul 10 malam hingga 11 malam kami baru bubar dan pulang ke rumah masing-masing. Kami duduk sembari memakan bungkusan nasi kucing dan ngopi di pinggir jalan. Syahdu sekali diiringi suara pengamen atau suara knalpot motor. Kami tidak punya topik khusus karena yang kami paham hanyalah "waktu itu berharga" dan tidak bisa ditukar dengan apapun itu. Kami bisa membahas tentang pekerjaan, jodoh, kehidupan, dll. Sampai pada akhirnya kami lulus dan masing-masing bekerja, semuanya berubah. Aku rindu untuk bisa berkumpul dengan teman-temanku lengkap berempat. Aku, Nia, Deddy dan Agus.
Hahhh sudah hampir 4 tahun kami tidak bisa berkumpul lengkap karena aku sempat ke Jakarta, Agus di Cilegon, Nia di Semarang dan Deddy terbang ke Jepang. Rindu sekali rasanya bisa bersama mereka untuk sekadar bernyanyi di ruang tamu rumahku. Saling cerita tentang gebetan atau hanya sekadar makan camilan seadanya.
Berkumpul, Bercengkrama Membahas Kuliah
Kalau yang ini lain lagi. Ini tentang geng sarden, geng kelas kuliahku yang tercetus karena kami pernah seranjang bertiga, umpel-umpelan sambil bercerita. Yes, kami terdiri dari tiga wanita, Aku, Cilla dan Tita. Dua orang teman dekatku dari bangku kuliah ini adalah teman-teman yang masih 'terjaga' setelah aku DO dari kampus karena bekerja.
Tidak ada yang khusus dari mereka berdua. Aku hanya paham bahwa mereka berdualah yang masih bisa menerimaku yang sudah tidak lagi duduk di bangku kuliah. Tidak banyak yang peduli denganku setelah aku tidak lagi kuliah dan merekalah yang masih suka menanyai kabarku hingga saat ini. Ah, ini bikin mewek sih, terima kasih ya, Cilla dan Tita. Kalian luar biasa.
Setiap kali kami kumpul meskipun jarang, kami selalu membahas tentang perkuliahan, dosen hingga teman-teman dan tugas. Suka duka kuliah yang tidak sempat aku rasakan mereka ceritakan. Aku seolah menjadi bagian dari kampus ketika sedang berkumpul bersama mereka. Ada rasa ingin tinggal dan kembali ke kampus, namun tidak bisa. Ah, pokoknya terima kasih yaaa, sardenkuu. Luvv
Doing Nothing with Nia and Hardi
Kalau yang ini teman-teman yang agak-agak nyebelin, sih. Tapi, meski demikian mereka ini adalah teman-teman yang paling nggak bisa kebeli kehadirannya karena saking sibuknya mereka. Meski aku sendiri yang nggak kuliah diantara kami bertiga, tapi aku suka godain mereka yang tak kunjung lulus dari bangku kuliah. Kadang juga baper sih karena aku nggak bisa seperti mereka yang bisa berkesempatan menikmati bangku kuliah.
Kami suka sekali bercengkrama tentang kehidupan kami masing-masing. Cerita tentang suka duka yang kami alami. Diantara teman-teman yang lain, mereka berdua ini yang paling tahu tentang aku. Hal yang lebih mendalam dan intim seperti bagaimana kondisi keluargaku, ya mereka ini yang tahu. Pun sebaliknya. Kami pernah tertawa bersama sampai habis kata. Kami pernah saling bungkam sampai tak bisa bicara, lalu menangis bersama. Indah pokoknya.
Dan aku pribadi paling suka berkumpul dengan mereka dan doing nothing. Literally doing nothing karena buatku, berkumpul dengan Hardi dan Nia itu precious banget. Keduanya sibuuuukkkkk banget. Super sibuuuukkkkkkk pokoknya. Its like a jackpot bisa berkumpul bertiga sama mereka pokoknya. Miss them so bad lahhh.
Dan ini adalah ujung dari kuliah mereka. Mereka lagi skripsi, akunya fokus ke kerja dan mereka fokus cari kerja. Ada ketakutan kalau kami jadi susah kumpul. Karena bakalan kangen sok sibuknya Nia dan super puelitnya Hardi. Btw, Hardi ini pinter banget masak dan masakannya superrrrr, juaraaakk pokoknya. Dan Nia, doakan dia segera menemukan tambatan hatinya biar nggak galau-galau lagi ya, temans. Aamiin
Itu dia ceritaku tentang sahabat, tema yang diingikan oleh mba Agustina dan Mba Nunung, teman komunitas Gandjel Rel ini. Makasih ya mba-mba sudah membuatku menuliskan kisahku dengan teman-teman baikku ini. Semoga kebaikan selalu menyertai kalian jugaaa.
Salam,
Who said that belajar membatik itu susah? Nyatanya, membatik itu nggak susah. Tapi, susah banget hahaha. Yes, dibalik karya-karya indah yang sering kita pakai selama ini, mulai dari kebaya, rok, pakaian sarimbit, selendang dan ragam batik lainnya itu terdapat wanita-wanita yang sudah expert di bidang seni. Yang kalau boleh aku bilang, mereka itu tidak hanya mencurahkan seni yang ada dipikirannya. Mereka, para pengrajin batik membuat batik dengan cinta. kok bisa? Aku sudah nyoba dan ternyata susaaaahh, eh nggak susah bangeeettt hahahha..
Jadi ceritanya, aku dapat freepass dari Mas Haris dan Mas Aryo untuk ke Pekalongan. Yaudah deh, pas lagi kosong juga akhirnya aku ke Pekalongan. Daaaaannnnnn di hari H di mana aku naik kereta pagi, ternyata ketinggalan kereta, hm hm hm.. Ditinggal kereta di depan mata lagi, nyeseeeek puolll hahahah..
Singkat cerita, awalnya yang aku harusnya sudah berangkat setengah 7 jadi molor ambil kereta jam 9. Daaannn tiketku yang dibayarin jadi hangus dan beli tiket baru huhu *dasaranakgratisan* yhaaaaa. Akhirnyaaa setelah menempuh satu jam perjalanan sampailah aku di kota yang sebelumnya aku belum pernah ke sana, Pekalongan. Kota Batik yang memang terkenal karena koleksi batiknya yang luar biasa bagusnya.
Mampir ke Museum Batik Pekalongan
Tempat pertama yang aku kunjungi bareng mas-mas tour guide-ku ini adalah ke museum batik. Kata mereka,
"Kamu belum pernah kan ke museum batik?"
"Belum,"
"kesana, yuk..."
"Manuuttttt...."
Akhirnya, sampailah kami ke museum batik Pekalongan. Tiketnya murah, cuma 5.000 saja perorang dan hanya diminta mengisi buku tamu. Gampang, kan?
Di museum batik Pekalongan itu isinya per ruangan yang isinya batik-batik sendiri-sendiri macamnya. Alias beda-beda dan nggak sama antara ruangan satu dan ruangan yang lainnya. Tempatnya rada creepy, sih. Mungkin karena sepi dan di dalamnya ada manequin cewek pake batik. Kan serem yha kalau di ruangan yang remang-remang gitu mbaknya terus gerak hahahahah *lupakan*...
Belajar Membatik di Museum Batik Langsung Menggunakan Malam
Oiya, di awal, di ruangan pertama, ruang pamer 1 namanya, aku juga disuguhkan beragam kain, ukuran canting sampai bahan utama untuk membatik. Jadi tu banyak banget. Dan ada juga kok pewarna pewarna alami dan buatan yang dipamerkan di ruang pamer. Ada jenis jenis batiknya juga. Kece sih, cuma ya itu creepy-nya nggak tahan aku hahah. Apalagi pewanginya masih pakai pewangi alami yang baunya kayak menyan. Jadilah makin creepy huahahahahha..
Penakut? Nggak, aku cuma parno kok. Ngeles banget, ya? hahaha padahal mah aslinya emang takut-takut gitu. Karena kalau sendirian kerasa banget sepinya. Aku aja bertiga rasanya sepi banget, gimana kalo sendiri yak.
Oh ya, untuk bisa mencoba membatik pengunjung tidak dikenakan biaya, lho. Di ruang membatik sudah disediakan kain sampel, canting berbagai ukuran, dan malam untuk membatik. Tinggal gambar pola, dan belajar membatik, deh. Kesulitan bagi pemula adalah menggambar pola di atas kain. Jelas dong, gambar di media kain nggak semudah gambar di media kertas. Jadi, harus hati-hati.
Apalagi, membatik langsung dengan canting itu harus siap panas. Soalnya, malamnya dipanaskan di atas api langsung. Nggak da negosiasi, deh. Hahahaha..
Hi, I'm Dwi Septia. Basically i'm a writer. But, also experienced as a content writer, social media specialist, SEO content writer, and social media ads since 2016.
I've worked as a freelancer and full-time employee, but lately I've handled any job remotely from anywhere. For any opportunities, please contact me on Instagram @septsepptt or via email at septsepptt@gmail.com.