Ironi Ramadan dan Alibi Puasa

Jalanan masih terpantau padat ketika Aku dan Hani beranjak meninggalkan kantor menuju ke arah Masjid Bank Indonesia. Seperti biasa, klakson masih saling bersahutan antara kendaraan satu dan kendaraan yang lain. Seolah-olah mereka saling memamerkan kendaraan mana yang berhak untuk maju duluan. Kendaraan mana yang berhak pertama sampai tujuan. 

Ramadan menjadi momen pengendara jalanan untuk brutal dengan dalih mereka harus segera sampai ke rumah untuk bisa menikmati momen buka bersama keluarga. Ironinya, hal ini tidak diimbangi dengan kesabaran yang setimpal. Semuanya tidak mau mengalah, akibatnya jalanan menjadi padat. Mobil, motor, truck, bus, bajaj dan segala kendaraan lain sulit untuk melakukan putar balik. Bahkan, ironinya beberapa mereka rela untuk merelakan motor kesayangan mereka terluka demi bisa memotong jalan di sela-sela kepadatan jalan.

Aku berusaha masuk ke dalam sela-sela antara mobil mengikuti motor yang ada di depanku. Nekat! Kalau mau cepat sampai tujuan ya harus nekat. Sesampainya di masjid, Aku dan Hani masuk untuk segera mendapatkan tempat di ruang shalat wanita. Ternyata, sudah cukup ramai. Banyak wanita dari segala usia, ibu-ibu, anak-anak duduk di depan pintu. Ada yang masih berbaris, ternyata memang ada buka puasa gratis dari pihak masjid. Alhamdulillah. Masih banyak kebaikann bertebaran di Bulan Ramadan.


Adzan berkumandang....

Petugas mulai masuk, meminta semuanya untuk keluar, jika hanya ingin makan. Karena ruang shalat akan kotor dengan makanan-makanan yang berceceran di sajadah tempat kami untuk bersujud. Aku dan Hani tetap duduk di tempat, bersama beberapa jamaah yang lain, ketika kami memutuskan untuk makan setelah shalat maghrib. Awalnya, kupikir banyak diantara kami yang berpikir demikian. Sayangnya, lebih banyak yang bubar daripada yang tinggal.

Aku menunduk malu,
Apakah memang tujuanku kesini sama dengan mereka yang hanya ingin mendapatkan buka puasa gratis dari masjid lalu pergi begitu saja ketika tujuanku sudah terpenuhi? Apakah memang, puasa hanya soal menahan makan dan minum saja? Sedangkan ibadah hanya sedikit alasan untuk bisa ikut menjadi bagian jamaah yang emndapat jatah makan?

Wallahu alam bishawab. Semoga kita tidak termasuk hamba yang demikian. Semoga Ramadan tetap bisa menjadi bulan yang kita rindukan karena Allah telah menyiapkan ruang untuk hambaNya yang berfastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan).

Mari kita berdoa bersama:

ÙŠَا Ù…ُÙ‚َÙ„ِّبَ الْÙ‚ُÙ„ُوبِ Ø«َبِّتْ Ù‚َÙ„ْبِÙŠ عَÙ„َÙ‰ دِينِÙƒَ Ùˆَ عَÙ„َÙ‰ Ø·َاعَتِÙƒَ
YAA MUQALLIBAL QULUUB, TSABBIT QALBII 'ALAA DIINIKA WA ‘ALAA THOO'ATHIK.
Artinya : Wahai yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu dan di atas ketaatan kepada-Mu.

Salam,
Jakarta Pusat - 19 Juni - 14 Ramadan 1437 Hijriah

2 komentar

  1. Wah blogger juga toh mba, good job mba !

    BalasHapus
    Balasan
    1. wekekke alhamdulillah iya, mas buat menyalurkan hobi :D

      Hapus

Halo!

Terima kasih telah membaca blog www.dwiseptia.com. Semoga konten yang ada di blog ini bisa menginspirasi. Doakan saya bisa produksi konten yang lebih baik, ya!
Oh, ya kalau ada rekues konten silakan tulis di kolom komentar, ya! ^^