Hahaha
maybe some of you ngakak deh baca prolog dari tulisanku kali ini.
But, please stop laughing and let me explain you a story of me. I'll to to explain by myself, so you guys bisa coba lihat dari perspektif kalian sendiri
either itu dari perspektif
freelancer atau perspektif karyawan
full timer.
Satu tahun silam, aku menjalani karir sebagai seorang
digital nomad, as a freelancer yang fokus di dunia
content marketing, sosial media marketing dan
digital ads yang
you know guys pasti nggak asing di dunia ini. Yup, dunia ini sudah mendarah daging di aku selama satu tahun terakhir dan membuatku bisa menjadi diriku sendiri -- yang suka jalan-jalan ke luar kota sambil bawa laptop. Atau bahasa sederhana dan kerennya sih, bisa kerja di mana saja as a digital nomaden.
Itu lhooo, orang yang kerjanya pindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain kayak kutu loncat. Nggak ikutan gabung di satu perusahaan, tapi tetap mengerjakan project gituuu. Hihihi
sounds fun ya kan? Tapi ya nggak juga seeehhh hahahaha.
Menikmati Indahnya Menjadi Digital Nomaden
Aku bisa bilang bahwa jadi digital nomaden itu salah satu pencapaian yang luar biasa menyenangkan. Bisa kerja kapan saja semaunya, dimana saja, dan yang jelas nggak terbatas ruang dan waktu. Selama jadi digital nomaden, aku biasanya pindah-pindah kota. Mulai dari ke Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Purwokerto, dan sampai ke Turki. Ah,
such a wonderful experience, sih. Sungguh pengalaman yang nggak akan pernah bisa aku tukar dengan uang.
Meskipun pernah jadi orang konyol yang bawa laptop ke gunung dan nyoba bukain
ads & business manager di gunung, tetap saja aku nggak pernah menyesal sedikitpun jadi orang yang konyol karena sebab tersebut. Hahahaha. Asyik soalnya jadi orang aneh di antara orang yang normal. Eh maap nih, jadi aku ini normal atau nggak sebenarnya? Skip ~
Menjadi digital nomaden juga mempertemukanku kepada banyak hal, mulai dari ketemu klien yang normal sampai aneh-aneh, ketemu sama
partner kerja yang kerjaannya rapi sampe super bikin naik darah, hingga dicap sebagai
influencer mata
duitan karena aku itu jarang banget gabung ke event gratisan. Ya Allah, aku nggak matre kok beneran, deh. Tapi ya emang kalau ada event berbayar mendingan dateng ke event berbayar daripada gratisan *ehhhhh. Kecuali, event itu berupa event untuk belajar bareng-bareng. I mean, aku bisa belajar banyak dari event tersebut. Tsaaahhh ~ Pinter amat kalo ngeles, kayak guru privat aja XD.
Flashback ke Perjuangan Bisa Menjadi Digital Nomaden Alias Freelancer
Kata siapa jadi freelancer itu mudah?
Kata siapa jadi freelancer itu enak?
Kata siapa hm kata siapa?
Monmaap nih yaaaa, yang bisa bilang kayak gini pasti nggak pernah ngerasain jadi
freelancer sebenar-benarnya
freelancer. Palingan ya kalaupun pernah, dia cuma nanganin beberapa klien aja dan nggak
multitasking. Monmaap yaaa, tapi jadi
freelancer itu nggak gampang :")
Butuh waktu satu lebih dari tahun untuk bisa membangun
personal branding yang cukup kuat untuk bisa mendapatkan klien dan dipercaya perusahaan untuk bisa handle berbagai macam jenis pekerjaan. Dulu, zaman sebelum aku kayak sekarang, bisa laptopan di mana saja, aku juga jadi karyawan di perusahaan Creative Agency di Jakarta, Bekasi, Semarang, dll.
Aku belajar banyak dari pengalaman gabung di agensi. Mulai dari anak bawang yang setiap hari cuma dimaki-maki sama senior karena tulisannya jelek, nggak bisa ngomong, nggak berani berpendapat, hingga akhirnya aku jadi Septi yang seperti sekarang ini.
Emang sekarang tuh Septi yang kayak gimana sih, Sep? Hahahaha nggak hebat-hebat banget, kok. Tapi yaaa alhamdulillah sekarang cukup bisa diandalkan dan bisa diajak diskusi perihal
content writing, social media marketing, hingga
digital advertising. Waaahhh, kayaknya keren, ya? Nggak juga sih, biasa aja sebenernya. Hanya alhamdulillah kebetulan mungkin aku lebih dulu tahu daripada teman-teman yang belum tahu saat ini. :)
Dimaki-maki Senior dan Nangis Setiap Pulang Kerja
Pait sih kalau inget momen beginian. Dulu setiap kali pulang kerja aku nangis di perjalanan pulang ke kosan. Apalagi ya, momen itu terjadi ketika aku baru pindah ke Jakarta. Stressnya itu lho Masya Allah. Peralihan dari anak desa ke anak kota, sampai peralihan dari anak bawang ke sekarang itu cukup makan waktu dan bikin sakit-sakitan. Sedih kalo inget. Sampai aku berkali-kali ke dokter, ganti-ganti dokter dan mereka bilang aku nggak ada gejala penyakit dalam karena semuanya normal. Dan kesimpulannya aku sakit hanya karena stress hahahahah. Sungguh bulan yang berat untuk hidup di Jakarta,
"Kok tulisanmu jelek banget sih. Ini nih yang kamu sebut tulisan? Kayak gini mah nggak usah belajar juga bisa."
"Makanya kalau diajari tu dicatet, diinget di luar kepala. Diajari kok lupa terus, Capek tau ngajarin tuh kalau nggak ada gunanya begini."
"Udah diajarin berapa lama masih nggak ngerti-ngerti juga? Disimak dong kalau ada orang yang ngajarin tuuu, jangan cuma dateng doang tapi nggak disimak."
Deuuuhhhh, banyak banget deh kalau diinget-inget. Nggak guna banget rasanya waktu itu. Berasa kayak
gue salah gabung perusahaan ga sih? Apalagi nih yaa, aku cuma pakai ijazah SMK. Kebayang dong mindernya ada di tengah-tengah teman-teman kantor Jakarta yang
notabene-nya mereka adalah lulusan dari kampus-kampus keren dan dari jurusan keren di kampus mereka. Ada yang lulusan kampus Jakarta, Bandung, dll. Nah, aku? Remahan doang :")
Yes, sebagai lulusan SMK, aku minder bukan main pada awalnya. Sampai akhirnya, aku ketemu sama dosenku, Pak Algooth dan senior kontenku, Innes Sabatini namanya. Aku bersyukur bertemu dengan mereka.
Its like I get a gift from God. Anugrah ketemu mereka.
Both adalah orang-orang yang cuek, tapi bener-bener bisa bikin aku tahan banting. Dari dikata-katain tulisanku jelek sampaaiiiiii dikatain karena masih kecil makanya suka labil :").
Dibilang Hidupnya Enak Karena Bisa Jalan-jalan Kapanpun
Hellaaaawwww plissss, aku ini juga kerja, kok. Hahahha. Bedanya hanya kalau kalian mungkin kerja di kantor, terikat jam kerja, aku kerjanya lebih fleksibel baik dari segi tempat maupun waktu. Aku bisa jalan-jalan ketika kalian kerja. Aku bisa bangun siang ketika kalian sudah harus ke kantor. Kayaknya enak, ya?
Padahal, sisi freelancer yang tidak kalian tahu adalah kami ini jam kerjanya lebih gila dari kalian, loh. Kami bekerja saat
weekend. Kami bekerja saat kalian tidur. Kami bawa laptop saat perjalanan bahkan membuka laptop di atas motor atau di atas kereta.
I did it. Iya, aku pernah buka laptop di motor. Mulai dari nulis, sampai ngeceki iklan yang aktif. Emang nggak capek? YA MENURUT NGANA AJA! Eh maap ngegas :)))
Setelah Hampir Setahun Bekerja Secara Nomaden, Akhirnya.....
It isn't that easy as you guys can see to decide that FINALLY SEPTI NGANTOR LAGIIIII. Jujur, nggak ngerti harus seneng atau sedih ketika pertama kali baca email yang intinya adalah
"welcome to the team, Septi ^^". Its too warm for me to feel hurt inside of me :"). Dan tepat nggak nyampe 5 menit setelah aku mendapatkan telepon dari CTO kantor sekarang dan email resmi bahwa aku bisa bergabung di kantor, aku nangis dong WUAKAKAKAAK. Nangis? Seorang Septi nangis? Jarang-jarang kan seorang Septi nangis dan ini beneran dong beneran banget nangis nyesek gituuu semacam kayak ada unek-unek di kepala dan kalo ni hati bisa teriak bakalan teriak "GUE BENERAN NGANTOR LAGI,NIH?" :")
Kok sedih? Kan padahal cari kerja itu susah...
Kok sedih? Kan udah enak kerja tapi nggak perlu ngelamar..
Kok sedih? Kan enak kerjanya di Semarang dan deket rumah..
It doesn't about the salary, it doesn't about the time, that is all about the chance. Yap, aku harus melepaskan banyak sekali kesempatan setidaknya dalam tahun 2018 ini. Kesempatan untuk bisa ikut serta dalam Ubud Writer Fest yang aku dambakan selama 3 tahun ini harus kandas juga akhirnya. Belum lagi, aku harus melepaskan kesempatan untuk berangkat ke Slovenia dan Kroasia dengan jalur beasiswa. Kesempatan untuk bisa jadi moderator roadshow ASEAN GAMES 2018 di kota-kota Indonesia dan banyak kesempatan lainnya.
Sedih!
But, this is life. Sometimes we only need to accept about everything in the world for us.
Awalnya Bisa Kerja Company Lagi Gimana Ceritanya?
Doa itu emang sebaik-baik ucapan. Dan tolong, kalanian hati-hati dengan doa, umpatan dan semua keluhan kalian hahahaha. I can say this because this is the part of my dua anyway. Beberapa wakt terakhir sebelum akhirnya ngantor aku dapet klien macem-macem cukup banyak dengan tabiat dan karakter yang Masya Allah bener-bener bikin jantungan, ngelus dada dan istighfar banyak-banyak XD.
Jam kerja jadi berantakan (((emang aslinya udah berantakan sih))) tapi jadi makin berantakan. Terus bener-bener waktu tersita banyak, nggak tenang dan
anything else, lah.
Then, sering banget kayak ngomong lirih:
"ya Allah, aku capek jadi freelance. Pengen kerja di kantor yang gajinya tetap tiap bulan dan kliennya nggak model-model begini."
"ya Allah, kalau ada kantor agensi atau apa deh yang modelnya kayak agensi Jakarta tapi ada di Semarang asik kali yaa."
"Pengen deh kerjanya nggak sendirian, ada temennya, ada temen ngobrol, temen brainstorming, temen lah pokoknya. Kerjanya nggak di kafe sendirian, jalan-jalan sendirian terus."
Anndddd dooor!!!!!
Beneran kejadian dong :") terus akunya yang sedih! Wakakakaakaka. Ternyata manusia emang gitu ya, nggak bersyukurnya banyak! Padahal udah minta ini itu aneh-aneh dan dikabulin, tapi malah sedih. Sedangkan di luaran sana banyak yang tidak seberuntung aku yang alhamdulillah dikasih kesempatan lagi untuk belajar.
HAH BELAJAR?
Yup.. Pada akhirnya mengapa aku menerima tawaran untuk bisa bergabung dengan kantorku yang sekarang adalah karena aku ingin belajar. Tentang apa? Tentang banyak hal. Tentang sosialisasi, tentang digital marketing again pastinya, tentang society, tentang banyak hal yang nggak akan ada habisnya ilmu itu.
Sebab, kalau dari awal niatnya cuma uang, kerjaan pasti jadi setengah-setengah.
That's why aku selalu bilang ke diriku sendiri bahwa di manapun aku harus belajar dan dapat sesuatu dari sana alias nggak cuman buang-buang waktu aja dan doing nothing.
Duuh, it's not meee XD. Aku dengan curiousity yang bikin orang sering kesel ini paling nggak bisa kalau nggak nanya sesuatu apalagi kalau hal itu baru banget buat aku. Bisa sampe mumpluk nanyanya hahaha
In the end, i would like to said that being a freelancer or full times, both are have the plus and minus. Semuanya tergantung kita banget mau ambil dari perspektif yang mana. Baik buruknya porsinya sama. Tinggal porsi bersyukurnya. Bisa nggak kita jadi orang bersyukur? Dalam hal ini aku -- kadang buat bisa bersyukur itu ada aja godaannya. Padahal, banyak yang pengen bisa dapat posisiku, tapi akunya suka leda-lede bersyukurnya. Astagfirullah :")
And how lucky I am bisa bergabung ke dalam company yang menyenangkan, mulai dari sistem kerja, teman-teman, jam kerja, ambiance dan banyak hal lain yang semenyenangkan itu.
So, it's okay to come back to be a full timer again asalkan jangan sampai lupa bersyukur karena:
Hidup yang kita jalani adalah hidup yang orang lain inginkan.
Jadi, Apakah Sebuah Kemunduran Bagiku dari Menjadi Freelancer dan Kembali Menjadi Full Timer di Kantor?
ABSOLUTELY NO kalau buat aku.
Tidak ada salahnya untuk kembali ke perusahaan, untuk belajar, untuk mengaplikasikan ilmu, untuk kembali mencoba hal baru -- belajar tentang bagaimana caranya berinteraksi, belajar tentang bagaimana caranya bekerja bersama tim, belajar tentang hal teknis dengan
case-case baru lagi tentu saja.
Yaaa meskipun tidak ada lagi bangun siang, bobo siang, tidur kapanpun, lembur kapanpun, libur kapanpun, jalan-jalan kapanpun, Tidak akan adalagi nonton drama korea sampe lupa waktu, tidak akan ada lagi ngopi semaunya, tidak akan ada lagi mblayang semaunya. Tidak akan ada lagi cerita enak jadi freelancer wkwkwkw.
Nggak deeeeng nggak gitu banget juga. Kerja juga masih bis amain, masih bisa nongkrong, masih bisa ngelakuin hal menyenangkan lainnya, kok HEHEHEHEHEHE asal pinter manage waktu aja :)))
Salam,
Freelancer yang akhirnya jadi anak kantoran (lagi)