Menulis Sebagai Proses Self Healing

Aku nggak pernah mau menyalahkan seseorang yang menulis tentang kehidupan pribadinya baik di blog, di social media dan di statusnya, baik Instagram Story atay WhatsApp Status sebagai hal yang buruk dan tidak patut dicontoh. Karena bisa dibilang, aku hidup dan besar karena menulis. Dan aku pernah menjadi seseorang yang menulis tentang permasalahan pribadi di beberapa media tersebut di atas.


Salah nggak ngumbar kehidupan pribadi?


Secara personal, aku jawab enggak. Karena buatku, orang punya caranya masing-masing untuk melakukan self healing terhadap setiap permasalahan yang menimpa dirinya. Believe it or not, setiap manusia pasti punya masing-masing tekanan yang kita nggak akan ngerti kalau kita nggak ngalamin sendiri. Karena memang kapasitas diri yang nggak mungkin buat jadi orang lain dan kapasitas diri juga memang dibatasi hanya bisa menampung masalah pribadi, bukan masalah orang lain.

Sejak zaman SMP, aku sudah mengenal tentang sosial media dan mulai mengenal blog ketika duduk di bangku SMK. Awalnya, hanya sekadar untuk tugas belaka. Tetapi, lama-lama curhat di blog terasa menyenangkan. Meski tidak bisa berdialog dengan tulisan, tetapi menuliskan kegelisahan seperti mendapatkan energi dan kekuatan yang tidak bisa digantikan dengan apapun. Rasanya plong kalau bisa nulis. Seolah semuanya sudah tercurah dan masalah lebur begitu saja. Lepas shayyyy rasanyaaa ~~

Akupun jadi mulai sering menulis seiring dengan berjalannya waktu. Dan sebagai anak alay pada masanya, aku merasa bangga karena mengenal blog. Pasalnya, aku tipe orang yang nggak gampang kasih kepercayaan ke orang. Parahnya, Aku tidak pernah membiarkan orang tahu menahu tentang aku dan kehidupan pribadiku terlalu dalam. Semuanya aku simpan rapat-rapat sampai akhirnya aku menemukan mas, sebagai pendamping dan suamiku.

Dulu, teman-temanku memang tahu aku, tetapi aku selalu memberi batas dan membiarkan mereka hanya tahu aku sebagai aku, bukan aku sebenar-benarnya aku. Karena memang ingin menjaga privasi, aku juga tidak suka ditertawakan atau dikasihani.

Lucu, ya? Nggak Suka Dikenal Orang Lain Terlalu Jauh Kok Malah Ngeblog dan Membiarkan Orang Lain yang Bukan Siapa-Siapa Membaca Bebas Ceritaku?


I know it might be weird.
Dulu aku juga pernah kepikiran seperti itu. Tapi pernah coba lihat sudut pandang lain, nggak? Orang asing yang tidak tahu apa-apa tentang kita akan selalu berusaha lebih obyektif, daripada berpikir subyektif terhadap kita.

Kok bisa?
I don't know. Empati dan simpati orang asing biasanya lebih besar daripada mungkin keluarga sendiri atau teman-teman terdekat yang ada di sekitar kita. Nggak sekali dua kali, aku disalah-salahkan, bahkan dibanding-bandingkan sejak kecil. Dan mental itu membuatku merasa teramat sangat tersiksa. Ngapain sih harus dibanding-bandingkan? Padahal tiap anak punya istimewanya masing-masing. Again, itu dulu.

Dan sekarang, aku jadi orang yang antipati karena dibentuk seperti itu.
Karena aku sering dibandingkan sewaktu kecil dan itu pernah membuatku tertekan. Akhirnya aku memutuskan untuk menjadi seseorang yang antipati. Seseorang yang akhirnya yaudah bodo amat deh sama lu lu pada toh nggak bakalan ngefek sama hidup gue.

Dan jujur, sekarang sedih kalau lihat ada yang terlalu self expose di tulisan atau sosial media, bahkan kadang aku juga mengasihani diriku sendiri. Pasalnya, semua itu tidak akan terjadi ketika ada telinga yang siap mendengar, bahu yang siap menampung sandaran dan tangan yang senantiasa memeluk. Jadi, nggak perlu jauh-jauh lari ke sosial media dan blog buat curhat nggak penting.

Teruntuk kalian yang mungkin merasa harimu terlalu berat, boleh kok ngobrol dan ceritakan di septsepptt@gmail.com. Aku akan berusaha mendengarkan dan memberikan sudut pandang yang mungkin akan berguna.

Teruntuk kamu yang merasa belum ada telinga,
Semangat, ya!
Sajadah selalu siap untuk tempatmu bersujud dan menangis sejadi-jadinya.
Tetap bertahan, apapun yang terjadi, ya!


2 komentar

Halo!

Terima kasih telah membaca blog www.dwiseptia.com. Semoga konten yang ada di blog ini bisa menginspirasi. Doakan saya bisa produksi konten yang lebih baik, ya!
Oh, ya kalau ada rekues konten silakan tulis di kolom komentar, ya! ^^