Jadi Freelancer Seenak Itu? Mari Cek Faktanya Di Sini

Lihat di Threads

Setiap kali "Enak ya, jadi kamu....." muncul, selalu ada pertanyaan yang terngiang di kepala. Apa ya yang kira-kira mereka lihat dari hidupku yang sekarang?

Tinggal di Slow Living di Desa

Sebagai ibu-ibu yang baru masuk kepala tiga, hidupku banyak berkembang. Aku tidak mengatakan ini berubah karena aku lebih suka menyebutkan berkembang. Aku yang awalnya tinggal di Ibukota Jawa Tengah dan sempat merantau ke Ibukota Indonesia, berlalu lalang loncat sana sini untuk travelling, kini menetap di satu kota kecil-Kudus.

Terlihat enak, tapi sebelum ada di titik ini, aku merasakan culture shock yang tiada habisnya. Dari Semarang ke Jakarta, beradaptasi dengan ibukota negara yang melelahkan sampai akhirnya pulang kembali ke Semarang dengan pace yang tenang, lalu harus berhenti di Kudus, kota yang entah aku tak tahu akan mendapatkan apa di sana.

Keputusan tinggal di Kudus adalah keputusan yang menyenangkan setelah dijalani. Setidaknya 2 tahun terakhir. Aku hidup slow living, sederhana, tenang dan menenangkan. Berkebun setiap pagi, meneguk kopi sambil mendengar kicauan burung di pagi hari atau sekadar berolahraga ringan sebelum sibuk di dapur menyiapkan makanan untuk suami dan anak-anak.

Ditambah lagi, sebagai ibu rumah tangga dengan 2 anak yang masih kecil, aku masih bisa bekerja remote sebagai freelancer tanpa harus pergi ke kantor. Allahumma Baarik.

Bekerja sebagai Seorang Freelancer, Menyenangkan Kah?

Jauh sebelum menjadi seorang istri dan seorang ibu, aku sudah menjadi freelancer di bidang konten dan social media. Karir ini terlihat menyenangkan, tapi orang-orang lupa menanyakan bagian mana yang paling membuat freelancer berjuang? Coba tebak, apa kira-kira?

Menjadi seorang freelancer awalnya bukan sebuah pilihan. Remaja 20 tahun itu, pernah jadi karyawan termuda di perusahaan Jakarta bermodalkan ijazah SMK. Saking tidak memungkinkannya untuk bisa bekerja di salah satu perusahaan ternama, manajer pun memberikan pesan kepadaku untuk menjaga rahasia ini karena takut karyawan lain akan iri dengan dokumen yang tidak kumiliki. Betul, ijazah S1. Wekekeke ~

Bukan sekadar ijazah, tapi pengalaman organisasi, KKN, dll membuatku tidak bisa nyambung dengan teman-temanku di kantor. Alhamdulillahnya, soal pekerjaan, bolehlah dibandingkan hehehe. Tapi kemudian, di masa muda yang masih asyik-asyiknya bekerja di ibukota, aku harus berhenti.

Berhenti dan Pulang

Ternyata, meski harus pulang ke rumah, ada rasa bahagia yang terenggut. Aku dengan kesibukanku--yang bisa membuatku lupa sejenak, ternyata hanya berlangsung sementara saja. Tapi, di situlah aku melihat peluang dan seolah Allah membukakan jalanku.

Meski harus 1 tahun mendapatkan jawaban setelah melempar ratusan cv agar bisa bekerja secara remote, masa itu datang juga. Aku mendapatkan pekerjaan secara remote dari agency di Bekasi dan kantor freelancer di Jakarta. Melalui panggilan telepon dan interview secara langsung, Allah membukakan jalanku untuk menjadi freelancer di Semarang dengan relasi pekerjaan di Jakarta.

Waaaah, enak dong bisa kerja freelance di Semarang tapi kliennya Jakarta. Pasti, gajinya tinggi, kan?

20% Bukan Rahasia Umum

Tak heran jika banyak yang mengira gajiku banyak, karena memang wang sinawang. Masa iya kerja di ibukota tapi gajinya sedikit? Padahal, tak banyak yang tahu bahwa setiap project yang didapat, aku harus rela melepaskan 20-25% dari gaji yang kami terima untuk setiap project yang kudapatkan. Karena dengan inilah, pekerjaan bisa lancar, klien happy, meski kadang aku yang ingin menangis hihihi ~

Belum lagi, untuk bisa deal 1 project saja, aku harus melawan puluhan proposal dari freelancer yang tersebar di seluruh Indonesia. Tapi, musuhku tetap freelancer di Jakarta karena mereka menang lokasi. Kok bisa? Jadi, seringkali proposal yang diajukan menarik, tapi karena lokasiku di Semarang, aku sering diremehkan dan dianggap tidak cukup capable untuk handle project Jakarta. Kebayang nggak, betapa stress-nya aku waktu diajakin tinggal di Kudus sama suami? Hihihi ~

Stress dan Khawatir Setiap Waktu

Hari-hari pitching ke klien, aku selalu membawa nama Semarang karena minder kalau bawa domisili di Kudus. Dan benar saja, aku sering ditolak karena tidak bisa hadir ke lokasi pitching atau sekadar meeting di awal project. Nangis nggak? Nggakkkkkkkk dong, tapi galauuuuu nggak abis-abis hihi ~

Tapi, kejadian ini justru ngajarin aku untuk lebih legowo sama takdir. Kalau aja nggak ditolak terus, aku nggak akan terus mencoba, kan? Kalau aku nggak diremehkan sama mereka, aku nggak mungkin untuk upgrade skill-ku, kan? Kalau aku nggak tinggal di kota kecil, aku nggak akan berjuang lebih keras untuk bisa battle dengan mereka yang domisilinya di Jabodetabek, kan?

Dan masa-masa itu terlewati dengan tawa, canda, sedih, duka dan kecewa. Emosi naik turun ini berhasil menemaniku setidaknya 8 tahun sejak kepulanganku dari Jakarta. Dan hingga tulisan ini kuunggah dalam blog-ku, ternyata rezekiku masih dari jalan freelancer. Alhamdulillah biidznillah ~

24/7 Stand By

Belum lagi, pekerjaan sebagai seorang freelancer menuntutu untuk bisa stand by 24 jam tanpa nanti, tanpa tapi. Laptopan sambil nongkrong di kafe? Udah biasa ~ Laptopan di mobil pas lagi otw? Sudah biasa ~ Kerja pas anak-anak tidur? Sudah biasa ~

Tidak Bisa Hanya Satu

Fakta lain yang tidak bisa ditampik adalah......... Menjadi seorang freelancer itu harus multi talenta. Harus serba bisa dan nggak bisa cuma 1 pekerjaan atau 1 spesialis saja. Setidaknya harus memiliki 2-5 keahlian agar bisa tetap stay up-to-date dengan pekerjaan yang trend 5 tahun mendatang. Apalagi, sekarang lawannya gen Z yang lebih PD untuk show-off ke publik. Kalau nggak bisa catch up dengan masa kini, sudahlah pasti karir akan tamat segera. Huhu jangan deh, ya.

Full Time Ibu Rumah Tangga dan Freelance Content Specialist

Untuk saat ini, aku teramat sangat bersyukur dengan apa yang kujalani: sebagai ibu rumah tangga yang juga bekerja sebagai seorang freelancer. Sibuk, lelah, penat, pusing, dan senang-senang saat gajian adalah nano-nano yang mewarnai hari-hariku. 

Meski kadang harus bergelut dengan rentetan task yang tiba-tiba penuh padahal paginya masih santuy, aku tetap nggak boleh protes. Karena nyawa freelancer bisa berakhir saat itu juga, ketika pekerjaannya tidak sesuai dengan yang dimau oleh klien. Sekali salah, mungkin masih oke. Tapi, kalau slow respon, nggak bisa dihubungi, nggak bisa catch up dengan tren saat ini dan nggak bisa komunikasi, bye ~

Jadi gimana, menurut kamu jadi freelancer enak, nggak?

Dalam,

Dwi Septia

21 Comments

  1. Dikiranya gampang kalik ya jadi freelancer hehehee... Justru harus selalu sigap menjemput rejeki yang kadang datang kayak hujan, kadang rintik2, bahkan kering bak kemarau. Sehat dan tangguh selalu yaaa untuk dirimu dan kaum freelancer semuanya.

    BalasHapus
  2. Mbak Dwi Septia sudah sangat berpwngalaman sebagai freelancer ya. Salut buat njenengan mbak. Di tengahnkesibukan sebagai ibu 2 anak, masih bisa menghandle project2 dari klien. Sukses dan sehat selalu ya mbak.

    BalasHapus
  3. Aku juga merasakan sih betapa orang-orang menganggap hidupku nyaman hanya karena aku nggak bekerja ke luar rumah. Mereka berpikir, enak banget jadi aku yang di rumah saja sudah bisa punya penghasilan.

    Apa mungkin mereka berpikir kalau aku di rumah tuh cuma rebahan tapi kemudian uang mengalir ke rekening dengan sendirinya? Hehehe...

    Aya-aya wae mereka ya.

    BalasHapus
  4. Iya jadi freelancer memang nano-nano capek waktu job banyak dan menangis sedikit ketika lagi sepi job hihi karena tagihan terus berjalan.. aku suka kontenmu berkebun dengan anak.. menyenangkan sekaliii...

    BalasHapus
  5. Bener wang sinawang, aku pernah juga menjumpai pernyataan orang seperti itu. Enak ya kerjamu, jalan jalan jajan dibayarin. Mereka nggak tahu aja setelah semua itu ada pekerjaan yang harus segera disetor.

    Selalu semangat untuk Septi, nikmati hidup di kota kecil, bersama keluarga kecilmu sembari berkebun, dan kerja remote

    BalasHapus
  6. MasyaAllah.. pokoknya aku tetep salut pol salut sama Mbak Septi, ayo trus bertarung Mbak, mumpung masih muda masih bisa menghapi setiap tantangan, apalagi ada putri2nya yang lucu-lucu, pasti tambah semangat dong..
    Untuk kota Kudus sendiri aku yang warga asli namun lama meninggalkan Kudus, sampai akhirnya kembali ke Kudus aja kadang masih bingung, eh gimana ya...
    Semangat dan sukses ya Mbak.. Barakallahu fiikum..

    BalasHapus
  7. MasyaAllah keren Sept... perjalanan menjadi freelancer pasti nggak mudah apalagi harus membagi waktu juga untuk menjadi ibu dan istri, apalagi ruang kerjanya freelancer kan kadang sama dengan ruang kerja jadi ibu, pasti harus pinter membagi space

    BalasHapus
  8. Salut sihhh sama mba sept maah, semuanya bisa jalaan.. perempuan multitasking dan multitalent ya mbaa.. apalagi di era sekarang harus bisa serba bisa dan uptodate setiap hari.

    BalasHapus
  9. Di era digital sekarang ini. Beberapa mungkin banyak melakukan freelance. Apalagi tidak banyak keluar rumah apalagi tenaga untuk bekerja offline...

    BalasHapus
  10. Kalimat ‘enak ya jadi kamu’ tuh sering banget aku denger. Padahal orang nggak tau perjuangan di balik apa yang kelihatan enak itu

    BalasHapus
  11. keren buk, semangat teruss. Jadi freelancer itu harus selalu siap sedia 24 jam kerja. Walaupun sambil nyambi ini dan itu di rumah, tetap saja hape dan laptop diawasi. Semangat terus untuk kitaa

    BalasHapus
  12. Tetap semangat kak. Pasti bnyk yg sirik dgn kehidupan kita. Apalagi hidup di desa. Jarang keluar rumah tapi rezeki berlimpah. Amiiin. Haha.

    Padahal di dalam kamar, kita berjibaku 24jam 7 hari seminggu buat menyelesaikan tugas dari klien. Slow living di desa emg nyaman sih. Apalagi kalo gaji setara ibu kota. Tentu ini idaman bagi freelancer seluruh nusantara. Lebih happy lagi kalo dapat klien dari luar negeri. Duh impian bgt tuh.

    Smg para freelancer di sini mkn berlimpah ya rezekinya. Proyek terus ada dan bayaran mkn besar. Amiiin.

    BalasHapus
  13. Karena frasa "enak ya jadi kamu ...," itu romansa bagi mereka yang menampik kenyataan dengan melihat sesuatunya dari luar. Padahal, ada banyak sekali hal yang nggak terlihat sembunyi di balik frasanya. Ssperti hidup para freelance yang katanya enak bisa kerja di mana saja.. 🥹

    BalasHapus
  14. Keren banget mbak! Memang kalau urusan pekerjaan itu kita harus giat mengejarnya ya apalagi pekerjaan freelancer termasuk pekerjaan yang jam kerjanya tidak tetap jadi pasti ada plus minusnya yaa

    BalasHapus
  15. Rumput tetangga selalu lebih hijau dibandingkan punya sendiri. Makasih kak udah sharing mengenai freelancer ini.

    BalasHapus
  16. Dari yang tinggal di kota besar terus ke kota kecil, pasti syok ya, apalagi soal kerjaan. Tentu ada saat buat iri, tapi kadang apa yang kita lakukan sekarang tuh diiriin orang lain. Emang hidup tuh saling pandang aja. Jadi kalau sering dibilang enak ya jadi freelance, ya senyumin aja

    BalasHapus
  17. ampuuuunnnn suhu! hahaha. mari kita ajak mereka ngopi, biar ngerti giman aenaknya jadi kita. hihihi

    BalasHapus
  18. Selain skill di pekerjaan jadi freelancer itu mesti jago mengatur waktu (dan tenaga) utk kepentingan lain. Karena orang lain bisa menilai kelihatannya lagi 'santai' padahal deadline menumpuk, urusan rumah tangga juga banyak, belum yang lainnya juga

    BalasHapus
  19. Justru yang kata orang enak, waktunya bebas, namun kenyataannya justru seorang freelancer itu rawan stres juga ya.. dengan menejemen waktu yang baik, ka Dwi keren banget bisa melewati itu semua.

    BalasHapus
  20. Sedih ketika membaca kalimat harus mengurangi 20-30 persen penghasilan ketika bersaing dan demi klien. Padalah kerjaan freelance itu ga bisa diremehkan. Semoga rezeki selalu mengalir.

    BalasHapus
  21. Seperti biasa rumput tetangga pasti terlihat lebih hijau. Freelancer atau reguler plus minus, freelancer kita lebih fleksibel soal urusan waktu tapi soal honor hehehe... berjibaku dengan saldo rasanya sebuah keniscayaan

    BalasHapus

Halo!

Terima kasih telah membaca blog www.dwiseptia.com. Semoga konten yang ada di blog ini bisa menginspirasi. Doakan saya bisa produksi konten yang lebih baik, ya!
Oh, ya kalau ada rekues konten silakan tulis di kolom komentar, ya! ^^

Follow Me On Instagram